sejak tahun 2003 sampai 2011, saya menjadi penggemar bis antar kota antar propinsi. Bisa dipastikan setiap 2 minggu sekali saya menjadi penumpang bis dengan durasi 10 sampai 12 jam. Dua tahun pertama saya naik bis budiman jurusan Bandung Wonosobo. Sisanya saya habiskan naik bis Safari Dharma Raya dan bis Santoso jurusan Jakarta Temanggung. Banyak suka dan duka yang saya alami. Sukanya bila dapat teman baru, "teman lajon" istilah bahasa jawanya. dukanya tidak kalah banyak. Dari bis yang mogok, mati AC nya, sampai bis yang datang terlambat sampai di Jakarta. Kalao sudah terlambat, pastilah saya lari-lari naik ojek, taksi atau naik apapun yang penting cepet sampai di kantor, karena jika terlambat sudah terbayang potongan penghasilan sebesar 0,5%, 1% sampai 2,5% akan terpampang pada struk penghasilan saya bulan berikutnya.
Pernah ada kejadian lucu yang menjengkelkan juga. Menjelang lebaran, terminal pulogadung selalu penuh dengan pedagang uang (mereka yang memberi jasa penukaran uang). Dan saya selalu ditawari untuk tukar uang, dan selalu saya tolak, karena saya tidak pernah nyangoni anak saya jika lebaran. Eh si ibu-ibu yang nawari uang itu lha kok bicara gini "gak punya uang ya?". Dalam hati sangat dongkol, tapi aku ladeni, ya percuma, toh aku gak kenal dia, dan aku gak perlu jasa dia untuk tukar uang.
Pengalaman lucu lain, aku selalu ditawari nasi ama ibu-ibu penjual di termina pulogadung. Dari pertama kali menginjakkan kaki di terminal, sampai menjelang naik bus,, si ibu selalu agresif nawarin. Tapi selalu aku tolak dengan halus. Dan kadang karena gak tega, ya terpaksa membeli sebungkus, meski cuma aku makan lauknya thok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H