Ada saja kelakuan anak ini ketika dia menginginkan sesuatu.
Muhammad Al Kindi Adham, anak semata wayang, laki-laki usia 12 tahun.
Sejak pagi, berkali-kali dia meminta uang untuk alasan uang jajan dia hari ini.
Jumlahnya tidak besar, cukup buat anak-anak beli kue atau es krim dingin di warung kelontong tetangga.
Saya tidak memerhatikan ketika dia bergegas pergi ke warung setelah saya beri uang.
Saya anggap anak yang akan jajan makanan kesukaannya.
Selang beberapa lama, setelah pulang dari warung, saya lihat dia membawa sekantung plastik hitam makanan.
Entah apa jenis makanannya, saya tidak memerhatikan.
Lalu, makanan yang dia bawa, diletakannya di atas lemari dekat dapur.
Setelah itu, dia mendekat lagi kepada saya di ruang tamu, meminta uang kembali untuk membeli sesuatu yang kurang, karena pada saat tadi ke warung, uangnya tidak cukup.
Saya beri lagi uang. Dengan bersepeda lalu kembali pergi ke warung.
Saya hanya memerhatikan saja ulahnya itu. Setelah berlalu, saya pindah tempat duduk ke dekat meja laptop, tempat biasa menulis.
Tapi rupanya, saya tidak langsung menulis. Hanya rebahan saja di karpet samping meja.
Baca-baca artikel di Kompasiana yang terbit hari ini.
Tanpa terasa, timbul kantuk. Sebab malam sudah begadang juga.
Tidur di atas karpet, tidak ada yg mengganggu.
Sesaat pulas dan tidak ingat apa-apa lagi.
Seperti sekejap melepas rasa kantuk, tiba-tiba anak saya datang dengan membawa sepiring makanan yang baunya enak.
Dia membangunkan saya perlahan. Piring ditangannya didekatkan kearah muka.
Bau asap makanan enak makin terhirup.
Saat sudah benar-benar terbangun, anak saya menyuapi saya dengan makanan yang dia bawa.
Satu sendok masuk mulut, rasanya enak sekali.
Saya tahu, itu makanan mie. Tapi rasanya agak beda kali ini.
Siapa yang masak? Saya tanya dalam hati.
Anak saya memerhatikan saya mengunyah mie dengan lahap.
Sampai tiba sendok kedua disodorkan lagi ke mulut saya.
Otomatis saya santap lagi. Begitu sampai beberapa sendok.
Tak lama, ibunya datang, sambil senyum memberi kabar bahwa mie itu sengaja anak saya yang masak, khusus untuk ayah hari ini.
Saya tanya ibunya, dari mana anak saya bisa masak makanan seenak ini.
Ibunya jawab. bahwa anak saya sejak malam mempersiapkan resep yang sudah dia cari. Resep makanan mie nyemek.
Sengaja resep itu dia cari dan dipraktekan memasaknya khusus di Hari Ayah.
Jadi, saat anak saya bulak-balik ke warung itu ternyata dia membeli bahan-bahan makanan yang akan dia masak.
Saya tidak ikut melihat saat dia masak karena saya tertidur di atas karpet sampai terbangun lagi dan makanan sudah tersedia.
Wow, spesial sekali ternyata. Demi Hari Ayah, anak saya siapkan sesuatunya secara khusus.
Hari Ayah tahun ini, saya dimanjakan sekali oleh keluarga saya.
Sepiring mie nyemek sudah membahagiakan hari ini. Perhatian yang penuh dan mencipta suasana menjadi lebih hangat.
Terima kasih anakku, terima kasih istriku, perhatian yang sudah kalian berikan semuanya sangat berkesan. Siang itu saya kecup kening anak dan istri saya.
Saya habiskan sisa mie nyemek di piring itu. Saya lihat anak dan istri saya nampak bahagia melihat saya makan dengan lahap.
Dari mie yang saya nikmati itu, ada gagasan juga menulis fiksi kuliner tentang makanan yang saya sukai bertepatan dengan Hari Ayah 2022.
Selamat Hari Ayah bagi para ayah se Indonesia yang sedang merayakannya.
Bandung, 13 November 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H