Mohon tunggu...
Teguh Ari Prianto
Teguh Ari Prianto Mohon Tunggu... Penulis - -

Kabar Terbaru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Fogging", Kerelawanan Baguna di Daerah Bencana

15 Oktober 2022   18:16 Diperbarui: 16 Oktober 2022   07:32 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bandung yang masif diguyur hujan dua minggu terakhir ini, menyisakan kekhawatiran sekelompok orang relawan kebencanaan Jawa Barat. Selain karena menimbulkan banjir, sisa genangan air hujan dapat menjadi media hidupnya nyamuk demam berdarah atau aedes aegefty.

Berangkatlah Teten, Tarman, Andry, Yeni, dan Tati ke lokasi yang sudah direncanakan yaitu wilayah RW 02, RW 03, RW 10, RW 11, dan RW 15 Kelurahan Wargamekar Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung. Keberangkatan tim dengan mengantongi perintah bertugas dari Badan Penanggulangan Bencana (Baguna) Jawa Barat yang dipimpin oleh H. Drajat Hidayat Soetardja.

Baleendah salah satu kecamatan langganan banjir di Kabupaten Bandung. Lokasi kecamatan ini terkepung oleh sejumlah sungai-sungai besar seperti sungai Citarum dan beberapa sungai lain.

Kapasitas air yang melimpah setiap kali hujan deras, menimbulkan banjir dimana-mana dan genangan sisa banjir seringkali bertahan cukup lama baik di badan jalan, halaman perkantoran, pasar, fasilitas umum atau di pemukiman warga. Arus air yang tertahan dan menimbulkan genangan akibat sarana drainase belum memadai.  

Nyamuk demam berdarah yang diperkirakan bakal tumbuh subur pada masa-masa seperti musim hujan kali ini, harus segera ada tindakan pencegahan perkembangannya. Sebagai cara efektif memutus persebaran nyamuk itu, maka dilakukan "fogging".

Fogging, sebuah metode pemberantasan serangga dengan memakai bahan insektisida atau pembunuh serangga yang dicairkan lalu dengan menggunakan alat khsusu, cairan insektisida diubah menjadi asap dan disemprotkan ke lokasi yang terdapat sebaran perkembangbiakan nyamuk.

Dalam penanganan khusus, fogging biasanya dilakukan apabila terdapat endemik penyakit demam berdarah atau DBD, disuatu tempat. Penentuan titik awal fogging itu mengambil radius sekitar 100 Meter dari lokasi endemik.

Pelaksanaan fogging juga harus memerhatikan interval waktu pelaksanaan. Tidak disarankan fogging dilakukan dalam jarak waktu yang terlalu dekat karena hal itu akan menimbulkan kekebalan baru nyamuk terhadap racun insektisida. Paling tidak satu minggu sekali fogging bisa dilaksanakan pada satu tempat.

Saat fogging, nyamuk yang mati hanya nyamuk dewasa saja, sementara jentik-jentik akan tetap hidup, Oleh karena itu, dalam upaya mengurangi persebaran nyamuk dari jentik-jentik, harus dilakukan usaha tambahan dengan cara memperhatikan tempat-tempat yang dapat menampung air serta membersihkan atau mengurasnya secara berkala. 

Fogging dilaksanakan pada saat nyamuk beraktivitas yaitu pada saat pagi antara pukul 07.00-10.00 dan sore antara pukul 16.00-18.00.

Tim Baguna Jabar cukup paham akan hal ini, apalagi keberangkatan lima orang tim ke Baleendah kali ini bersama dengan bekal keahlian yang mereka miliki, hasil dari berbagai macam pengalaman dan juga pelatihan khusus kebencanaan.

Fogging Baguna kali ini bukan karena terdapat endemik DBD tetapi lebih kepada usaha preventif pasca hujan deras yang melanda Baleendah. 

Baguna Jabar bergerak atas dasar kerelawan dan bakti gotong royong organisasi kepada warga. Konsentrasi kepada penangan kebencanaan, tidak lepas dari pengamatan Baguna terhadap kondisi yang ada di sekitar bandung khusunya, dan Jawa Barat pada umumnya

Bandung termasuk daerah rawan bencana. Keadaan alam kota berjuluk parahyangan ini terdiri dari pegunungan dan terdapat badan-badan sungai besar di dalamnya. Potensi bencana yang bakal timbul diprediksi mulai dari gempa bumi, banjir, tanah longsor, angin ribut/putting beliung, kebakaran dan juga kekeringan.

Keadaan alam menuntut warga Bandung memiliki kewaspadaan tinggi terhadap bencana. Keterbatasan daya dan kemampuan pemerintah setempat, membutuhkan adanya partisipasi banyak pihak termasuk kelompok peduli bencana agar ambil bagian dalam upaya penanggulangan bencana. 

Warga secara berkala dapat dilatih soal penanganan kebencanaan. Hal terkecil misalnya melakukan sosialisasi pentinnya memahami dan memiliki tas siaga bencana (TSB).

Apa saja isi TSB, kelompok-kelompok penanngunalang bencana memiliki tips sendiri dan saran pemenuhan kebutuhannya. TSB pun menunjukan adanya upaya kesiapan dini bencana, sehingga usaha preventif ini akan mengurangi resiko bencana apabila hal itu terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun