Mulai dari biaya awal saat membeli token adalah yaitu pemotongan biaya admin sebesar Rp. 4000. Sisa token Rp. 196.000.
Lalu ada Pajak Penerangan Jalan (PPJ). Besaran potongan PPJ disesusaikan dengan masing-masing daerah. Di Bandung sendiri, PPJ untuk rumah tangga yaitu 6%. Jika dirupiahkan menjadi Rp. 11.760.
Jumlah token kita saat ini, yaitu Rp. 196.000 dikurangi Rp. 11.760 hasilnya Rp. 184.240.
Setelah itu, perhitungan kWh listrik yang kita dapat yaitu, Rp. 184.240 dibagi Rp. 1.467 hasilnya Rp. 125, 59 kWh.
Setelah itu, kita pahami rumus pemakaian listriknya. Pemakaian listrik sama dengan daya alat (watt) dikali lama pemakaian (jam), hasilnya ditentukan dengan satuan Watt.
Hasil tersebut kemudian dibagi seribu agar kita bisa memperoleh satuan kWh listrik dan selanjutnya dikalikan tatif listrik per kWh yang berlaku.
Kompor listrik 1000 watt, nyala rata-rata selama 5 jam perhari sama dengan 1000 dikali 5 hasilnya 5000 Watt.
Untuk mendapatkan nilai kWh tinggal di bagi 1000, jadi 5000 dibagi 1000 sama dengan 5 kWh per hari.
Apabila penggunaan selama satu bulan atau 30 hari, kalikan saja 5 kWh dengan 30 hasilnya adalah 150 kWh.
Berarti dalam sebulan, biaya listrik untuk beban kompor listrik kita adalah 150 kWh. Dari penjelasan sebelumnya bahwa nilai kWh yang kita peroleh dari pembelian token Rp. 200.000 adalah 125, 59 kWh maka kebutuhan biaya listrik berdasarkan simulasi penggunaan kompor listrik diatas sekitar Rp. 250.000 (asumsi harga listrik 150 kWh dikurangi 125,59 kWh sama dengan 24,41 kWh).
Bagaimana, mudah bukan menghitungnya? Rincian sederhana ini perlu kita pahami sejak awal sebelum kita beralih penggunaan kompor kepada kompor listrik.