Jalan panjang perjuangan Muhammad Hatta atau Bung Hatta baik sebelum proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia atau pun sesudahnya, diantarnya dilalui dengan cara getol menulis pidato dan menyampaikannya dalam berbagai kesempatan penting.
Gagasan-gagasan yang pintar digaungkan mewarnai aksi-aksi heroik dirinya diberbagai podiium politik.
Diantara beberapa karya besarnya, Bapak Bangsa ini mencatatkan suatu ide mengagumkan bertajuk "Mendayung Antara Dua Karang", yang kemudian menjelma sebagai dasar menguatkan  Indonesia atas prinsip politik luar negerinya yaitu bebas aktif.
Menarik disimak dari realitas pidato-pidato Bung Hatta tersebut bahwa, Bung Hatta dalam mengungkap dan menuliskan ide-ide besarnya itu  dengan cara menuliskannya sendiri.
Ya, Bung Hatta menulis pidato-pidatonya sendiri! Keahlian menulisnya mengalir bersama penguasaan keilmuan yang cukup. Teks-teks pidato yang berpengaruh, banyak  tersaji dalam bentuk buku berbagai cetakan penerbit.
Didalam https://masyono.staff.ugm.ac.id disebutkan bahwa Bung Hatta, tokoh proklamator, wakil presiden, dan juga penulis banyak buku.
"Diantara karya-karya beliau, terdapat satu karya dengan judul yang penuh kiasan "Mendajung antara dua karang". Buku tersebut merupakan pidato beliau dalam sidang Badan Pekerja Komite Nasional Pusat (BPKNP) di Yogyakarta, 2 September 1948", tulis Maryono.
Dibalik kepiawaiannya menulis pidato, sosok Bung Hatta, seperti dimuat https://padek.jawapos.com/ bertajuk "Bagi Bung Hatta, Sama Kata dengan Perbuatan Adalah Prinsip" tergambarkan bagaimana Bung Hatta bertindak dengan segala ketegasan prinsipnya melalui kata-kata dan perbuatan.
Berpidato adalah berkata-kata. Bung Hatta cakap dalam menuliskan kata-kata untuk pidatonya.
Kecakapan menuliskan kata-kata, Â terbangun karena sikap kritis yang dimiliki dari dasar ideologi yang dipegangnya.