Mohon tunggu...
tegar viant
tegar viant Mohon Tunggu... -

akun ini di buat untuk menyelasaikan tugas kuliah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Problematika Sosial Budaya Pakaian di Indonesia

15 Februari 2015   04:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:10 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_397632" align="aligncenter" width="540" caption="Ilustrasi jajaran lapak penjual pakaian bekas impor. (KONTAN)"][/caption]

Pemerintah mengimbau masyarakatnya untuk tidak memakai pakaian impor. Pakaian bekas impor berbahaya bagi kesehatan karena mengandung bakteri. Hasil uji laboratorium atas 25 sampel pakaian bekas berbagai ukuran dari Pasar Senen, Jakarta Pusat, ditemukan fakta seluruh pakaian bekas impor mengandung bakteri dan jamur

Ketentuan dari Kementerian Perdagangan masalah impor sudah diatur dalam nomor 54 tahun 2012 dan UU nomor 7 tahun 2014 tentang perdagangan tak memperbolehkan pakaian impor bekas masuk ke Indonesia.

“Dampaknya peraturan pemerintah yang melarang impor baju bekas ya, menjadikan produk-produk Indonesia berkembang,” papar pemilik usaha pembuatan kaos, Fransisco Kohan dalam obrolan santainya.

Ada pabrik di Indonesia yang bekerja sama dengan perusahaan pakaian dari luar negeri. Sebut saja, Wrangler. Wrangler mempunyai produk celana jeans yang terbuat di Indonesia. Perusahaan pakaian Indonesia sering memproduksi barang-barang yang berkualitas dengan brand luar negeri yang telah bekerja sama dengan perusahaan tersebut. Ada jersey Arsenal dan Manchester United yang pembuatan jersey mereka di Boyolali.

“Kualitas pakaian di Indonesia memang terkenal di negara lain baik, sehingga mereka sering bekerja sama dengan perusahaan Indonesia,” papar Fransisco Kohan kembali.

Perusahaan tekstil terkenal di Indonesia adalah PT. Sri Rejeki Isman (Sritex) di Sukoharjo, Solo. Perusahaan tekstil tersebut telah membuat banyak baju militer untuk negara lain, misalnya Jerman, Inggris, dan Belanda. Seragam buatan Sritex menjadi standar seragam militer NATO.

“Oh ini kesempatan buat Indonesia untuk membuat brand sendiri, toh bahan-bahan baju kita juga bagus. Kesempatan emas ini untuk berkembangnya brand Indonesia berkembang,” papar mahasiswa yang mempunyai brand kaos SingSing, Arkha Rafael.

Menurut data Kementerian di dalam websitenya, fashion menyumbang 40% dari seluruh ekonomi kreatif di Indonesia. Karena itu, usaha fashion perlu didorong dan ditingkatkan. Apalagi dari 55,3 juta pelaku usaha kecil menengah (UKM), 10%-nya bergerak di bidang fashion dan meneruskan usaha orang tuanya.

Dengan peraturan dari Kementerian Perdagangan yang melarang impor barang bekas adalah kesempatan untuk industri brand pakaian Indonesia mendunia. Apalagi untuk masalah ekspor barang Indonesia yang kian dimudahkan persyaratan ekspornya. Mulai dari pakaian Indonesia mendunia, Indonesia bisa menjadi negara maju. Indonesia adalah negara yang mempunyai banyak orang kreatif.

Orang Indonesia selalu berbangga menggunakan pakaian bekas asal Eropa. Seharusnya kita malu untuk menggunakan pakaian bekas orang Eropa dan berbanggalah menggunakan pakaian buatan Indonesia. Bangga dengan produk dalam negeri merupakan wujud mencintai negaranya. Dalam hal ini mari untuk membuat brand asal Indonesia bisa mendunia.

1423925726757414857
1423925726757414857

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun