Mohon tunggu...
tegarsianipar
tegarsianipar Mohon Tunggu... Freelancer - "Si Vis Pacem, Para Bellum"

Buku, Saham, Musik, Bola dan Imajinasi

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Siapa Bilang Toko Buku akan Kiamat?

7 Agustus 2023   10:40 Diperbarui: 7 Agustus 2023   10:54 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Para Pengunjung Untuk Antri Bayar Buku (Sumber : Dok.Pribadi)

Semenjak ramai berita toko buku GA gulung tikar saya termasuk yang jadi cukup khawatir para pembisnis di bidang penerbitan buku cetak akan segera mengakhir bisnisnya atau beralih ke produk digital seperti e-book.

Siapa yang bakal tahu dimasa depan bahwa buku pun bisa dijual dalam bentuk digital?, tidak ada yang pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan dengan tepat dan jelas.

Barangkali begitu juga yang terjadi pada banyak bisnis-bisnis besar lainnya seperti Nokia, atau Toko Buku (GA).

Sebagai penikmat buku cetak, saya lebih senang membaca buku cetak ketimbang e-book, oleh karena itu saya lebih senang buku dijual dan dipasarkan di toko buku.

Banyak isu atau analisis yang memprediksi bahwa bisnis toko buku cetak akan segera kolaps, namun pandangan saya berbeda ketika saya mengamati pengunjung toko buku favorit saya di kota saya, yakni kota medan.

Toko buku favorit saya adalah Gramedia, saya sering berkunjung ke Gramedia di Jln. Gajah Mada, Kota Medan. Barangkali para pembaca ada juga yang berasal dari kota Medan, kalau suka buku pasti saya kira tahu toko buku yang saya bicarakan ini.

Gambar Para Pengunjung Untuk Antri Bayar Buku (Sumber : Dok.Pribadi)
Gambar Para Pengunjung Untuk Antri Bayar Buku (Sumber : Dok.Pribadi)

Semalam, 06 Agustus 2023. Saya baru saja kembali berkunjung ke toko buku favorit saya itu, tadinya hanya mau lihat-liat saja sih tapi ya begitulah namanya juga suka maunya langsung dibawa pulang buku-buku yang saya suka.

Saya menaruh perhatian pada buku-buku di rak Best seller, samaa seperti kunjungan sebelumnya saya membeli satu buku yang cukup menarik dari rak buku best seller, judulnya "The Art of The Good Life" karya Rolf Dobelli, setelah saya baca bukunya cukup menarik, untuk memahami situasi dunia saat ini dari sudut pandang filosofi stoikisme. 

Nah, tadi malam ketika berkunjung kembali perhatian saya tertuju pada satu buku dengan judul "Disruption" karya pak Rhenald Kasali. Saya lihat ada label "Mega Best Seller" dibuku itu. Selain itu saya juga cukup mengikuti pemikiran pak Rhenald Kasali, saya kira pikiran-pikiran pak Rhenald cukup otentik dan aplikatif untuk digunakan sebagai senjata pikiran menghadapi masa kehidupan seperti sekarang ini.

Saya juga tertarik pada pak Rhenald Kasali setelah tahu bahwa pak Guru Gembul salah satu konten kreator kesukaan saya ternyata menyukai konten-konten pak Rhenald Kasali di Channel Youtubenya.

Rak Buku Best Seller (Sumber : Dok.Pribadi)
Rak Buku Best Seller (Sumber : Dok.Pribadi)

Namun saya masih keliling-keliling lagi, saya coba mengelilingi setiap lorong dari rak buku yang ada di Gramedia Gajah Mada ini, saya suka saja melihat buku-buku disusun dengan rapi di raknya, saya pun berhenti di rak buku "bisnis", saya melihat buku dengan judul "Analisis Sekuritas" Karya Benjamin Graham dan David L.Dodd, karena saya sudah mengoleksi dua Maha Karya lainnya dari maha guru metode value investing bapak Benjamin Graham yakni "The Intelligent Investor" dan "The Interpretation Of Financial Statement", maka saya merasa harus melengkapi seri karyanya, namun balik lagi saya masih ingin juga buku "Disruption" tadi.

Karena dilema, akhirnya saya memutuskan untuk sejenak main ke rak buku "Fiksi" sekedar untuk membaca-baca puisi karya Kang Maman yang kadang plastik bukunya sudah terbuka dan ada yang bisa dibaca.

Setelah cukup lama berkontemplasi di rak buku "Fiksi" pandangan saya teralihkan oleh buku berwarna biru yang berjudul "Srimenanti" setelah saya lihat ternyata karya pak Joko Pinurbo alias "Mas Jokpin", saya tahu mas Jokpin suka pak Sapardi, saya tahu puisi-puisi nya ringan dan nikmat untuk dihayati, ditambah lagi saya membaca keterangan bahwa "Srimenanti" adalah novel perdana mas JokPin, saya lihat harganya sekitar 60 ribuan saja.

Setelah berpikir cukup lama akhirnya saya memutuskan untuk tidak membeli buku "Analisis Sekuritas" atau "Disruption" saya ambil saja buku "Srimenanti" lalu langsung pergi ke kasir untuk membayar, dan setelah di kasir ternyata antrian cukup panjang, lantas saya berpikir, ternyata berita atau analisis bahwa bisnis Toko Buku akan gulung tikar itu saya anggap masih mengawang dan tidak jelas, karena fakta yang saya lihat dilapangan Gramedia masih ramai pengunjung terus.

Tibalah giliran saya untuk membayar buku yang sudah tidak sabar saya kelupas kulit plastiknya untuk langsung menikmati sastra mas JokPin. Dan ternyata buku ini mendapat potongan harga dan saya hanya membayar sekitar 30 ribuan saja, ternyata bukunya mas JokPin lagi diskon hampir setengah harga.

Kesenangan saya mendapat diskon buku ini menjadi bahan pikiran dan pengamatan saya, saya mengamati sekeliling, semua ruang dari mulai rak buku bagian "komik", "novel", buku-buku pelajaran, pokoknya semuanya lah, dan pada akhirnya saya sampai pada kesimpulan, yakni : 

1. Masih banyak yang suka baca buku cetak dan yang memerlukannya

2. Toko Buku Gramedia masih ramai, masih banyak yang belanja buku jadi pasti mereka masih untung

3. Tidak semua orang ternyata suka e-book

4. Banyak orang suka kenyamanan di toko buku

5. Ada bangku pijat elektrik gratis bagi pengunjung yang sudah beli buku di Gramedia

Namun, dibalik itu semua saya juga menemukan beberapa kekurangan dari hasil pengamatan saya terhadap toko buku Gramedia di Jln. Gajah Mada, Kota Medan ini, yakni : 

1. Kurangnya ketersediaan bangku duduk untuk pengunjung

Saya pikir menyediakan bangku yang cukup disetiap sudut bagian rak buku akan menambah kenyamanan kepada pengunjung.

2. Buku-buku dari luar harus lebih banyak yang diterjemahkan, seperti buku di rak Philosophy saya kira masih kurang referensi bukunya, saya cari buku "The History Of Western Philosophy" karya Bertrand Russel tidak ada, padahal buku itu sedang ramai diperbincangkan, karena di rekomendasikan oleh bung Rocky Gerung.

3. Musik di setiap sudut pengeras suara harus lebih bervariatif dan klasik, jangan diulang-ulang terus kata-kata dari "jon Mun Jong" saya kurang tahu juga itu siapa hahaha.

Tetapi ini semua hanya penilaian subjektif saya saja, sebagai pengunjung setia dari toko buku Gramedia, baik di medan atau waktu dulu saya di Jakarta, dulu waktu di Jakarta saya sering main ke Gramedia di Blok M Square di Jln.Melawai. 

Oleh karena itu saya simpulkan toko buku Gramedia tidak akan semudah itu ditumbangkan oleh perkembangan teknologi, karena punya penikmat setianya.

Sukses terus toko buku Gramedia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun