Jika kita dalam perjuangan revolusioner tidak mengambil inisiatif duluan, maka lawan mendapatkan keuntungan menguasai kemauan dan perbuatan ktia sehingga kita dipaksa dalam keadaan pasif melumpuhkan.
- Tan Malaka
Begitulah salah satu ungkapan bapak Tan Malaka tentang pandanganya terhadap perjuangan revolusi pada saat masa transisi indonesia menuju kemerdekaanya.Â
Tan Malaka lahir dengan nama asli Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka tapi dikenal baik dengan panggilan Tan Malaka.Â
Tan Malaka lahir di Nagari Pandam Gadang, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, yang saat itu berada di bawah kekuasaan Hindia Belanda. Tanggal lahirnya bervariasi dari sumber ke sumber, tetapi kemungkinan antara tahun 1894 dan 1897.
Alasan mengapa saya menulis artikel tentang bapak Tan Malaka di hari pahlawan ini, karena beliau merupakan pahlawan favorit saya, saya senang membaca buku karya bapak Tan Malaka, seperti GerPoLek, Madilog, Dari Penjara ke Penjara dan berbagai buku biografi tentangnya.Â
Hal yang saya suka dari pahlawan kita ini adalah kisah tentang perjuanganya pada masa perjuangan kemerdekaan, nama bapak Tan Malaka memang jarang disebutkan oleh masyarakat indonesia, mungkin juga karena pada waktu SD waktu belajar sejarah tidak pernah saya dengar atau di ajarkan tentang kisah pahlawan yang satu ini.Â
Karena kemisteriusannya inilah saya mempelajari tokoh ini setelah tamat sekolah, lewat buku-buku dan channel youtube saya belajar tentang Tan Malaka.Â
Semasa kecil nya beliau memang sudah terkenal cerdas di sekolahnya, dan dikampungnya, ia selalu berhasil meraih juara di kelas nya, kegemaranya adalah berenang di sungai di kampungnya, kadang sangkin asiknya berenang ia sampai lupa waktu dan ibu nya menghukum Tan Malaka dengan cara mencubit pusar nya. Begitulah kisah masa kecil Tan yang saya ketahui.
Bertumbuh besar, kemudian guru nya merekomendasikan agar Tan Malaka sekolah keluar negeri, di eropa karena gurunya menganggap sayang sekali apabila kecerdasan Tan Malaka tidak diasah disekolah di eropa, oleh karena itu para warga kampung di desanya patungan mengumpulkan uang untuk membiayai sekolah dan keberangkatan Tan, ke Benua salju itu.
Sesampainya disana, ia banyak belajar tentang ilmu pengetahuan yang baru, mulai dari filsafat, bahasa belanda, sejarah belanda, ilmu perang, dan banyak pengetahuan yang dilahap nya dari buku-buku di perpustakaan sekolahnya di eropa, buku karya intelektual eropa habis dilahapnya.