Keju merupakan produk pangan olahan yang terbuat dari susu dan merupakan makanan yang memiliki daya simpan yang baik, serta kaya akan kalsium, protein, fosfor, lemak, riboflavin, zat besi, dan berbagai vitamin. Sebagai salah satu produk pangan yang digemari oleh berbagai kalangan, konsumsi keju di Indonesia menunjukkan tren positif dan stabil dari tahun 2017 hingga 2022, yang mencapai 35.000 ton/tahun. Saat ini, terdapat puluhan jenis keju yang diproduksi, yang secara umum dapat dikategorikan sebagai fresh cheese dan aged cheese. Produksi keju terdiri dari proses pengadaan bahan baku, preparation, fermentation, flocculation, coagulation, cut & healing, stir, drain, molding & flipping, unmolding, salting, drying, dan aging. Salah satu perusahaan di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis keju adalah PT X.
Manajemen rantai pasok merupakan sebuah sistem jaringan kompleks pada suatu organisasi atau perusahaan serta komponen-komponen eksternal lain yang saling terhubung dan bekerja sama. Sistem ini bertujuan untuk mengelola pengadaan dan distribusi secara efektif, sehingga dapat menciptakan suatu nilai yang memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen. Manajemen rantai pasok adalah faktor penting dan krusial yang harus diperhatikan perusahaan guna untuk menjamin kelangsungan produksi dan distribusi. Penerapan konsep rantai pasok yang efektif dalam perusahaan akan memberikan banyak manfaat, seperti meningkatkan kepuasan pelanggan, menurunkan biaya produksi, dan meningkatkan laba perusahaan.
Pengukuran kinerja rantai pasok sangat penting untuk dilakukan agar perusahaan dapat mengetahui tingkat kinerja dari masing-masing komponen rantai pasok. Melalui penelitian yang dilakukan oleh penulis, hingga saat ini PT X belum melaksanakan pengukuran kinerja rantai pasok. Tahun 2023, perusahaan mengalami beberapa kendala terkait ketidakteraturan dalam penjadwalan produksi. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kinerja dari komponen di dalam rantai pasok yang kurang optimal. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan pengukuran kinerja rantai pasok di sehingga kinerja rantai dapat diketahui, dan langkah-langkah perbaikan kinerja rantai pasok dapat diambil untuk memperbaiki komponen yang dianggap kritis.
Pengukuran kinerja rantai pasok dapat dilakukan dengan metode Supply Chain Operation Reference (SCOR). SCOR bertujuan untuk memetakan proses manajemen yang mencakup seluruh tahapan proses dalam pemenuhan permintaan pelanggan. Penerapan metode SCOR juga bertujuan untuk mengevaluasi kinerja setiap metrik dan atribut dalam rantai pasok. Proses rantai pasok pada metode SCOR digolongkan ke dalam lima proses inti yaitu plan, source, make, deliver, dan return. Dalam metode SCOR terdapat lima atribut kinerja yang dijadikan sebagai indikator untuk menganalisis kinerja rantai pasok, yaitu reliability, responsiveness, agility, cost, dan asset management.
SCOR dan AHP dapat mengukur aktivitas rantai pasok secara menyeluruh dari hulu sampai hilir. Integrasi Metode SCOR dan AHP akan diterapkan untuk mengukur kinerja rantai pasok. SCOR digunakan sebagai acuan dalam pengukuran kinerja rantai pasok, secara khusus pada pengelompokkan aktivitas proses, kemudian AHP digunakan untuk proses pembobotan tingkat kepentingan variabel.
Langkah awal dalam melakukan analisis pada perusahaan adalah dengan menentukan responden yang berperan secara khusus dalam proses pengumpulan data melalui pengisian kuesioner. Responden terlibat secara langsung dalam pengisian kuesioner validasi KPI serta kuesioner perbandingan berpasangan (AHP).
Proses berikutnya adalah perancangan kuesioner. Kuesioner pertama yang digunakan adalah kuesioner validasi KPI. Penentuan KPI ini didasarkan pada metode SCOR yang mencakup lima proses utama, yaitu plan, source, make, deliver, dan return. Atribut yang digunakan untuk pengukuran mencakup reliability, responsiveness, dan agility. Kuesioner kedua terdiri dari kuesioner perbandingan berpasangan atau sebagai data AHP yang digunakan untuk menentukan bobot dalam pengukuran kinerja rantai pasok.
Tahapan pengolahan data untuk pengukuran kinerja rantai pasok dimulai dari proses pembobotan SCOR dengan AHP, yang terdiri dari proses pengolahan matriks perbandingan berpasangan, penilaian perbandingan multi responden, penentuan bobot prioritas, dan penentuan tingkat konsistensi.
Selanjutnya dilakukan proses normalisasi. Setiap indikator dalam pengukuran KPI memiliki bobot atau satuan yang bervariasi, sehingga diperlukan proses normalisasi untuk menyamakan parameter-parameter tersebut. Normalisasi ini sangat penting karena akan mempengaruhi penentuan nilai atau skor akhir dari kinerja. Proses normalisasi dapat dilakukan dengan metode Snorm de Boer.
Langkah berikutnya adalah perhitungan nilai akhir kinerja rantai pasok. Perhitungan nilai akhir kinerja rantai pasok dilakukan dengan mengalikan setiap skor hasil normalisasi dengan bobot AHP yang terkait dengan masing-masing ruang lingkup KPI, atribut, serta proses.
Rantai pasok keju pada PT X melibatkan berbagai pelaku, yaitu supplier, produsen, distributor, retailer, dan konsumen. Stakeholders ini berperan, baik secara langsung atau tidak langsung, dalam mendukung keberlanjutan rantai pasok. Kolaborasi antara pihak-pihak tersebut bertujuan untuk memastikan proses pengolahan produk berjalan dengan baik hingga produk akhir dapat diterima oleh konsumen.