Di sebuah dusun yang terletak di perbukitan Menoreh, tepatnya Dusun Nglambur, ada sebuah tradisi yang berlangsung turun-temurun bernama Merti Dusun. Tradisi ini merupakan wujud syukur masyarakat kepada Sang Pencipta atas segala karunia, seperti rezeki, keselamatan, dan ketentraman. Masyarakat percaya bahwa di tengah duka pun, masih banyak hal yang pantas untuk disyukuri.
Merti Dusun Nglambur dimulai dengan berbagai rangkaian acara yang berlangsung selama lima hari. Sebelum puncak acara, warga ziarah ke makam leluhur dan mengambil air dari tujuh mata air di dusun sebagai simbol kelestarian desa. Pada Sabtu malam, prosesi dimulai dengan penampilan hadroh dan pentas ketoprak yang menceritakan kisah "Ken Warsi dan Hilangnya Tombak Kiai Pleret dari Mataram." Keesokan harinya, Kirab Gunungan hasil bumi dilakukan dengan meriah, diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk anak-anak dan orang tua. Kirab ini menyerupai tradisi Grebeg dengan nuansa syukur yang kental.
Kepala Desa Sidoharjo, Bapak Umari, menyatakan bahwa acara ini harus terus dilestarikan sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan dan bentuk gotong royong dalam menjaga lingkungan dusun. Acara diakhiri dengan pengajian dan santunan anak yatim, mencerminkan semangat kebersamaan dan kepedulian sosial masyarakat Dusun Nglambur.
Merti Dusun bukan sekadar tradisi, melainkan juga simbol harmonisnya kehidupan desa, di mana silaturahmi, kebersamaan, dan gotong royong menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Tradisi ini diharapkan tetap lestari, menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai leluhur.
Sumber: https://samigaluh.kulonprogokab.go.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H