Mohon tunggu...
Tegar Prasetya
Tegar Prasetya Mohon Tunggu... -

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Ahok Sosok Pemimpin Jakarta yang Cinta Kebhinnekaan

13 April 2017   16:04 Diperbarui: 14 April 2017   01:00 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Ilmuwan politik Samuel P Huntington dalam bukunya yang berjudul The Clash of Civilizations menjelaskan, bahwa suatu saat benturan antar peradaban akan terjadi karena enam hal. Pertama,perbedaan antara peradaban tidah hanya kenyataan, melainkan juga mendasar. Kedua, dunia sekarang semakin menyempit, interaksi antara orang-orang yang memiliki perbedaan peradaban semakin meningkat. Ketiga, modernisasi ekonomi dan sosial membuat orang atau masyarakat tercerabut dari identitas local mereka yang sudah mengakar secara mendalam. Keempat, tumbuhnya kesadaran peradaban dimungkinkan karena peran ganda Barat. Kelima, karakteristik dan perbedaan budaya kurang bisa berkompromi dibanding dengan perbedaan politik dan ekonomi. Keenam, regionalism ekonomi semakin meningkat.

Apa yang dikatakan oleh Huntington diatas ada benarnya juga. Jika kita sebagai manusia tidak pernah mau merawat dan menjaga perdamaian antar suku, agama, Bahasa dan lain sebagainya maka benturan peradaban antara kelompok tidak akan bisa dihindar. Selain itu, tentu saja juga harus ada kesadaran diantara kita, bahwa berbagai macam peradaban yang ada di dunia ini adalah  sebuah keniscayaan yang tidak bisa dipungkiri,termasuk di Jakarta. Keragaman yang hadir ditengah-tengah kita merupakan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa yang merupakan sunnatullah.  

Mendekati pemilihan kepala Daerah DKI Jakarta, ada beberapa pihak yang mencoba untuk mengusik perbedaan yang sudah dirawat oleh para pendahulu kita. Perbedaan tersebut sengaja dimuncul untuk menggalang suara kepada salah satu calon gubernur. Isu yang dimunculkan beragam, dari mulai isu agama, etnis dan lain sebagainya.  Yang tujuannya untuk mengalahkan pasangan Ahok-Djarot. Tentu saja cara-cara seperti ini sangat tidak elegan dan kurang pantas.

Meski terus diserang berbagai isu yang tidak sedap, pasangan Ahok-Djarot tidak pernah merespon dengan hal-hal yang negatif. Bahkan jika diperhatikan, pasangan yang memiliki nomor urut 2 ini cenderung melakukan kampanya akan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, pentingnya menghargai keyakinan orang lain yang berbeda dan pentinganya saling menghormati serta toleransi. Kecintaan Ahok terhadap Indonesia yang memiliki ragam budaya ini, tentu saja bukan kecintaan yang mendadak. Akan tetapi rasa cinta itu sudah tertanam sejak kecil, ketika ia hidup di Bangka Belitung Timur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun