Aku ingin segera bisa berbahasa Jawa. Itulah target utamaku sejak datang ke Jawa Tengah sebagai mahasiswa. Karena banyak saja ulah teman-temanku untuk ngerjain, maklumlah pendatang. Aku mereka buat sebagai hiburan segar setiap ada kelas kuliah. Disuruh bicara ini dan itu, kuikuti saja. Maklumlah aku ingin banget bisa bahasa Jawa. Ternyata yang diomongkan sering sekali yang porno ( tidak pantas diomongkan di depan umum)
Sampai satu ketika dosen pun mengingatkan teman-temanku, kalau ngajari jangan yang begituan. Tapi mana ada yang mau mendengarkan nasehat dosen, mereka terus saja menggodaku dengan kata-kata yang belum semuanya kumengerti. Aku hanya bisa tertawa........
Sampai suatu ketika, aku sudah bertahun-tahun menjadi guru. Dan menurutku aku sudah fasih berbahasa Jawa. Buktinya aku hampir setiap saat menggunakan bahasa Jawa, kecuali di kelas.
Singkat cerita, pada masa-masa persiapan naik haji. Begitu banyak teman-teman yang silih berganti naik haji, termasuk kepala juga. Saking hebohnya kami jika sudah bicara naik haji, ada saja yang pesan ini, pesan oleh-oleh itu dan sebagainya. Pokoknya seru banget.
Aku juga tidak mau kalah. Tanpa merasa bahwa itu salah, aku langsung nyeletuk,
Aku :"aku yo meh numpak haji ah...".
Teman-teman :Semua teman-teman pada gerrrrrrrrrrrrrrrrrrr !!!!!!!!!!!!!!!!!
Salah satu teman : opo ????? numpak haji?????? haji sopo sing meh mbok tumpaki ???????????
Aku : bengonnnnnnnnnnnnnnng?????????????????, piye leh........., .......???
Salah satu teman: "ayo, sopo sing gelem ditumpaki ???????
Aku: wajahku merah padam, sangat malu rasanya setelah sadar kalau "naik belum tentu sama artinya dengan numpak" dalam bahasa Jawa.