Mohon tunggu...
Tegar Fajar
Tegar Fajar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Majalengka, Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konsep dan Karakteristik Puisi

3 Februari 2021   15:35 Diperbarui: 3 Februari 2021   15:48 3949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Karya sastra adalah ciptaan yang disampaikan dengan komunikatif tentang maksud penulis untuk tujuan estetika. Karya-karya ini sering menceritakan sebuah kisah dalam sudut pandang orang ketiga maupun orang pertama, dengan plot dan melalui penggunaan sebagai perangkat sastra dikenal dalam dua bentuk yaitu fiksi dan nonfiksi.

            Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang termasuk kedalam bentuk fiksi. Puisi sendiri merupakan sebuah karya sastra hasil dari ungkapan dan perasaan seseorang dengan bahasa yang terikat irama, matra, rima, penyusun lirik, dan juga bait. Sedangkan isi-isi dalam puisi penuh makna dengan penggunaan diksi yang indah. Dapat dikatakan juga puisi merupakan ungkapan yang memperhitungkan aspek-aspek bunyi di dalamnya, serta berupa pengalaman imajinatif, emosional dan intelektual penyair dari kehidupan individu dan sosialnya. Puisi sendiri diungkapkan atau dibacakan dengan teknik tertentu sehingga dapat membangkitkan pengalaman tertentu dalam diri pembaca atau pendengarnya.

A. Jenis dan Ciri-ciri Puisi

1. Berdasarkan Strukturnya

a. Puisi Lama

Puisi lama ini berkembang pada era atau periodisasi sastra angkatan Balai Pustka. Puisi lama ada umumnya anonim atau tidak diketahui penyairnya. Puisi lama memiliki ciri terikat pada beberapa kriteria, seperti jumlah baris tiap bait, jumlah kata dalam satu baris, rima atau persamaan bunyi dan irama. Puisi lama dibedakan menjadi beberapa jenis, diantaranya :

1) Mantera

Mantera merupakan jenis puisi paling lama yang diciptakan dalam kepercayaan animisme   untuk dibacakan dalam acara atau ritual kebudayaan. Mantra sendiri memiliki ciri yaitu :

  • Mantra terdiri atas beberapa rangkaian kata yang memiliki irama
  • Isi dari mantra berhubungan dengan kekuatan gaib
  • Berbentuk puisi yang isi dan konsepnya menggambarkan kepercayaan suatu masyarakat pada saat itu
  • Mantra dibuat dan diamalkan untuk tujuan tertentu
  • Mantra didapat dari cara gaib, seperti keturunan atau mimpi. Atau bisa dijuga diwarisi dari perguruan yang diikuti
  • Mantra mengandung rayuan dan perintah
  • Mantra memakai kesatuan pengucapan
  • Mantra adalah sesuatu yang utuh dan tidak bisa dipahami melalui setiap bagiannya
  • Di dalam sebuah mantra terdapat kecenderungan esoteric atau khusus pada setiap kata-katanya
  • Mantra mementingkan keindahan permainan bunyi

2) Pantun

Pantun adalah jenis puisi lama yang tiap baitnya terdiri atas empak baris serta memiliki sampiran dan isi. Ciri-ciri pantun adalah sebagai berikut :

  • Tiap bait terdiri dari empat baris
  • 8-12 kata dalam setiap baris
  • Memiliki sampiran dan isi
  • Berima a-b-a-b

3) Talibun

Talibun adalah jenis puisi lama yang satu ini seperti pantun, namun memiliki baris yang lebih Panjang. Berikut adalah ciri-cirinya :

  • Tiap baitnya memiliki baris berjumlah genap, namun lebih dari empat.
  • Jumlah suku kata tiap baris berkisar 8-12.
  • Memiliki rima a-b-c-a-b-c.
  • Setengah dari jumlah baris per bait di bagian awal adalah sampiran, selanjutnya isi.

4) Syair

Syair merupakan puisi atau karangan sastra Melayu lama dengan bentuk terikat dan mementingkan irama sajak. Ciri-ciri syair adalah sebagai berikut :

  • Tiap bait terdiri atas empat baris.
  • Tiap baris terdiri atas 8-12 suku kata.
  • Setiap baris adalah isi dan saling berkait.
  • Memiliki rima a-a-a-a.

5) Gurindam

Gurindam adalah salah satu jenis puisi yang memadukan antara sajak dan peribahasa.

  • Tiap bait terdiri atas dua baris.
  • Tiap baris terdiri atas 8---12 suku kata.
  • Memiliki rima a-a.
  • Tiap baris adalah isi.

b. Puisi Baru

Puisi baru merupakan bentuk puisi yang tidak lagi terikat oleh aturan jumlah baris, rima, atau ikatan lain yang umumnya digunakan dalam puisi lama. Puisi baru muncul pada angkatan 45 yang dipelopori oleh Chairil Anwar. Ciri-ciri puisi baru sebagai berikut :

  • Mempunyai unsur humanisme universal atau sudah terbuka untuk menerima pengaruh dari segala penjuru dunia.
  • Realis dan terimbas unsur naturalis
  • Menyampaikan maksud dengan penghematan kata serta menghadirkan perbandingan-perbandingan membayang dan berkesan.
  • Menggunakan perbandingan visual secara jelas sampai pada bagian-bagian di balik kenyataan.
  • Menunjukan sinisme dan sarkasme terhadap kepincangan dalam masyarakat akibat pergolakan.
  • Menggunakan kata dalam percakapan sehari-hari
  • Tidak mengutamakan tipografi bahkan tidak lagi memperhatikan bunyi (rima) dalam baris dan baitnya.
  • Unsur utama yang harus selalu diperhatikan dalam pembacaan puisi modern adalah lafal, intonasi, dan ekspresi.

2. Berdasarkan Cara Penyair Mengungkapkan Isi

Berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi atau gagasan yang hendak disampaikan, puisi dibedakan menjadi puisi naratif, puisi lirik, dan puisi deskriptif.

a. Puisi naratif adalah puisi yang digunakan untuk menyampaikan suatu cerita. Puisi ini dibedakan menjadi epik, romansa, dan balada.

  • Epic atau epos adalah puisi naratif yang menceritakan kepahlawanan tokoh.
  • Romansa menggunakan bahasa romantik yang berisi kisah percintaan tokoh kesatria yang penuh rintangan.
  • Balada adalah ragam puisi yang menceritakan kehidupan manusia dengan berbagai macam sifatnya, seperti pengasih, cemburu, dengki, takut, sedih, ataupun riang.

b. Puisi lirik adalah puisi yang digunakan untuk mengungkapkan gagasan pribadi penyair. Puisi ini dibedakan menjadi elegi, serenada, dan ode.

  • Elegi merupakan puisi yang mengungkapkan perasaan duka penyair atau aku lirik.
  • Serenade merupakan puisi lirik yang bersuasana senang.
  • Ode merupakan puisi lirik yang berisi pujian terhadap seseorang, pada umumnya pahlawan.

c. Puisi deskriptif adalah puisi yang mengemukakan tanggapan atau kesan penyair terhadap suatu hal atau keadaan. Tanggapan atau kesan tersebut dapat berupa kritik ataupun sindiran, sehingga disebut juga sebagai puisi ironi dan satire (kritik)


B. Struktur Puisi

Struktur karya sastra puisi mencakup struktur fisik dan struktur batin.

1. Struktur Fisik

Struktur fisik puisi adalah media untuk mengungkapkan makna yang hendak disampaikan penyair. Struktur fisik meliputi hal-hal berikut :

  • Diksi, adalah pilihan kata yang digunakan agar memiliki kesan indah dan dapat menyampaikan maksud penyair.
  • Pencitraan, adalah susunan kata yang dapat menimbulkan khayalan atau imajinasi. Hal ini membuat pembaca seolah-olah merasa, mendengar, atau melihat sesuatu yang diungkapkan penyair.
  • Majas, adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara membandingkan dengan benda atau hal lain. Majas atau bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatik atau memiliki banyak makna.
  • Rima, adalah persamaan atau pengulangan bunyi. Persamaan bunyi memberikan kesan merdu, indah, dan mendorong suasana yang dikehendaki oleh penyair. Rima tersebut dapat berupa pengulangan bunyi konsonan dari kata-kata yang berurutan (aliterasi), persamaan bunyi vokal dalam deretan kata (asonansi), dan persamaan bunyi yang terdapat di setiap akhir baris.
  • Ritma, berkaitan dengan rima, bunyi, kata, frasa, dan kalimat pada puisi. Dalam ritma mucul bunyi tinggi rendah, panjang pendek, keras lemah, yang mengalir secara teratur dan berulang sehingga membentuk keindahan.
  • Tipografi puisi berbentuk bait-bait yang bermula dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris.

2. Struktur Batin

Ada empat unsur batin puisi, yaitu tema, perasaan, nada atau sikap, dan amanat.

a. Tema

Sebuah puisi tentunya memiliki tema yang melingkupi keseluruhan puisi. Menurut Herman J. Waluyo (1987: 106) tema merupakan pokok atau subject-matter yang dikemukakan oleh penyair. Ungkapan tersebut menjelaskan bahwa tema merupakan sebuah atmosfer dari sebuah puisi. Oleh sebab itu, untuk menafsirkan tema dalam sebuah puisi haruslah ditafsirkan secara utuh.

b. Perasaan

Perasaan penyair dalam menciptakan puisi ikut diekspresikan dan dihayati pembaca. Hal ini karena tema yang sama dapat dituturkan penyair secara berbeda dan hasil puisi yang diciptakan pun berbeda.

c. Nada dan suasana

Nada dalam puisi disesuaikan dengan isi yang hendak disampaikan, baik itu berupa nasihat, kritik, sindiran, ungkapan perasaan, atau hanya berupa cerita. Sering kali puisi bernada santai seperti dalam puisi-puisi mbeling. Kemudian, suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi tersebut atau psikologis yang ditimbulkan terhadap pembaca. Nada dan suasana saling berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya. Misalnya, nada duka dapat menimbulkan suasana iba bagi pembaca.

d. Amanat (pesan)

Kita dapat menelaah amanat dalam suatu puisi jika telah memahami tema, rasa, dan nada pada puisi tersebut. Amanat atau pesan merupakan kesan yang ditangkap pembaca atau pendengar puisi. Amanat tersirat dibalik kata-kata yang disusun dan berada di balik tema yang digunakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun