"Air putih dijual? Bahkan setara bensin?,"
Itulah kalimat-kalimat yang masuk ke pendangaran Tirto Utomo saat dirinya mulai membangun produk aqua. Air putih yang menjadi sumber daya alam tidak terbatas, justru malah dijual dikemas dengan harga setara bahan bakar yang statusnya sebagai sumber daya terbatas.
Tirto Utomo lahir pada tanggal 9 Maret 1930, di Wonosobo. Ia pindah ke Semarang saat lulus dari SMP untuk melanjutkan pendidikan tingkat SMA di HBS, Tirto juga sempat mengenyam pendidikan SMK at Albertus. Sebelum berkuliah Fakuktas Hukum UI, dirinya terlebih dahulu masuk UGM selama dua tahun, baru setelah itu Tirto pindah ke UI.
Tirto termasuk anak yang cukup secara materill, orang tuanya adalah seorang pengusaha susu sapi. Saat menempuh pendidikan di UGM, Tirto menggemari dunia literatur dan jurnalistik,Terbukti, akhirnya ia bekerja di Jawa pos saat sela-sela kuliahnya. Melanjutkan di Fakuktas Hukum UI, Dirinya secara mandiri membiayai biaya kuliah, dengan bekerja menjadi wartawan, puncaknya ia menjadi Pimpinan Redaksi di "Shin Po" dan Majalan "Pantja Warna".
Pada saat itu, gaji yang didapatnya sebagai wartawan untuk membayar uang kuliah dapat dikatakan cukup. Namun, hal itu tidak berjalan seterusnya. Waktu Tirto masih menjadi mahasiswa aktif kampus, dirinya dipecat dari perusahaan media tersebut. Akibatnya, sumber keuangannya tidak jelas, tidak punya basis ekonomi jikalau harus membayar kuliah. Karena itulah, Tirto segera menyelesaikan pendidikan S1nya.
Permina (sekarang Pertamina), juga pernah menjadi pelabuhan Tirto dalam mencari sumber-sumber pendapatan. Di Permina Tirto mencapai berhasil menempati posisi sebagai kepala pemasaran.
Berrmodal Rp 150 Juta, Tirto dan Adik Iparnya berhasil mendirikan pabrik di Bekasi tahun 1973 dengan namanya yaitu "PT. Golden Mississippi", merek serta produk awalnya adalah Aqua. Awalnya karyawan mereka berjumlah 38 orang tapi dengan semua kerja keras dari segala sisi, setelah setahun, Aqua berhasil meluncurkan produk pertamanya tahun 1974.
Hal cukup unik saat membaca kisah di atas adalah bagaimana seorang Tirto dengan latar belakang wartawan, ditambah dirinya tidak pernah secara formal mengenyam ilmu-ilmu bisnis, dapat menjadi seorang pengusaha, bahkan produknya merupakan produk dengan jenis pasar "Blue Ocean", dengan berani, serta banyak rasa skeptis dari masyarakat pada produk yang dijual, akan tetapi Tirto berhasil membuktikannya hingga hari ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H