Mohon tunggu...
SYAMSUL BAHRI
SYAMSUL BAHRI Mohon Tunggu... Administrasi - Conservationist

Pensiunan PNS

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Aspek Lingkungan dalam Pembangunan Menjadi Sangat Penting

2 Januari 2020   21:39 Diperbarui: 2 Januari 2020   21:40 987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di awal tahun baru 2020, kami tuliskan tulisan ini untuk mengingatkan kita semua, terutama Pemerintah dan masyarakat serta untuk mencegah apa yang dibicarakan oleh tulisan Prof Dr Aulia Tasman, SE. M.Sc almarhum di Jambi Independent tanggal 17 November 2003 yang berjudul "Akankah peristiwa Bahorok melanda Jambi"

 Sungguh menyedihkan di bulan Desember 2019 sampai awal tahun baru 2020, dengan berakhir bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan, muncul bencana banjir yang mengancam bahkan sudah membawa kerugian bukan hanya harta melainkan sudah ada korban nyawa  manusia, akibat dari banjir, tanah longsor terutama di beberapa daerah atau wilayah berbasis ekosistem seperti Provinsi Sumatera Barat, Jakarta, Banten (Jabodetabek), Jawa Barat, Jambi, Jawa Tengah.

 Untuk Banjir di Jakarta (Jabodetabek) sampai saat ini terpantau Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB) mencatat, sebanyak 16 orang meninggal dunia akibat banjir (Kompas.com-02/01/2020, 09:24 WIB), tentu harta dan benda menjadi bagian yang tak terpisahkan dampak dari Banjir ini, begitu juga penduduk yang kehilangan tempat tinggal, kendaraan dan harta yang tidak bisa diselamatkan, pengusian yang mencapai 31 ribu mengungsi.

 Begitu juga banjir dan tanah longsor di wilayah Provinsi Sumatera Barat, Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB) mencatat sebanyak 340 orang mengungsi akibat bencana banjir yang melanda Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat sebanyak 8.809 orang terdampak bencana tersebut per Senin (25/11/2019) dan sementara, sebanyak 1.914 rumah terendam banjir, dan 24 bangunan lainnya mengalami kerusakan (Kompas.com/25/11/2019, 19:52 WIB), begitu juga dengan Kabupaten Lima puluh Koto Provinsi Sumatera Barat, dan beberapa wilayah lainnya

Sementara jumlah daerah aliran sungai (DAS) kritis  di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Saat ini, terdapat 108 daerah aliran sungai (DAS) berada dalam kondisi kritis dan perlu segera direvitalisasi, melalui kegiatan pemulihan ekosistem berbasis catchmen area, dengan mengedapankan masyarakat dalam rangka pemberdayaan masyarakat.

sementara data dari BMKG mengatakan diperkirakan hujan akan berakhir pada akhir bulan Maret 2020, sehingga begitu menghawatirkan kondisi beberapa wilayah yang memiliki kecenderungan akan terkena bencana banjir akibat kerusakan ekosistem dann curahan hujan yang sangat tinggi, mati kita berbuat dan berdo'a untuk mengurangi dampak banjir ini.

 Sebagaimana diketahui, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015-2019, pemerintah memprioritaskan 15 DAS prioritas dari 108 DAS kritis untuk dipulihkan terlebih dahulu. Ke-15 DAS tersebut adalah Citarum, Ciliwung, Cisadane, Serayu, Bengawan Solo, Brantas, Asahan Toba, Siak, Musi, Way Sekampung, Way Seputih, Moyo, Kapuas, Jeneberang dan Saddang.

Pola pengelolaan dan penangganan DAS kritis melalui satu kesatuan bentang alam ekosistem dengan mengedapankan Tehnis Konservasi tanah dan air yang berbasis Saint and tehnoligi yang akan memegang peranan penting dalam memberikan landasan tata kelola DAS sehingga terwujud kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatnya kemanfaatan sumber daya alam bagi manusia secara berkelanjutan. 

Memang disadari bahwa bahwa saat ini kerusakan DAS semakin meningkat karena adanya kebutuhan lahan yang semakin tinggi seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

Meningkatnya kepentingan pembangunan sektoral dan daerah yang berakibat pada berubahnya status, fungsi dan peruntukan kawasan hutan menjadi penggunaan lain juga menjadi penyebabnya, yang cenderung saat ini mengabaikan dampak lingkungan, bahkan Analisa dampak lingkungan juga akan ditinggalkan demi investasi dan pertumbuhan ekonomi semata-mata.

Kerusakan DAS ini yang menjadikan beberapa DAS menjadi DAS Kritis memerlukan pengelolaan yang sangat tepat dan konsisten berbasiskan bentang alam atau kesatuan ekosistem secara terstruktur, systimatis dan masive dan pelibatan masyarakat secara kemitraan sejajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun