Mohon tunggu...
Tefila Menulis
Tefila Menulis Mohon Tunggu... -

Komunitas penulis dari Yayasan Tefila - Kupang NTT Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Penyebab Anak-Anak Kupang Tidak Bersekolah

25 Mei 2014   18:04 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:07 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Oleh Kadek Bani

Tentu kita telah mengetahui bahwa pendidikan memegang peranan yang penting dalam masa sekarang ini. Saat ini, ada begitu banyak orang yang berlomba untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Tetapi, disadari atau tidak, ada sekian banyak orang disekitar kita yang tidak dapat mengecap suasana dunia pendidikan.

Menurut data statistik daerah Provinsi NTT tahun 2013, ada 89,23% penduduk yang berumur 15 tahun keatas bisa membaca dan menulis, diantaranya terdapat 29,62% yang tidak tamat SD. Data tersebut juga menunjukkan bahwa ada 10,73% penduduk yang belum dapat membaca dan menulis, diantaranya terdapat 7,41% penduduk yang tidak bersekolah. Sungguh amat disayangkan jika ada begitu banyak anak yang tidak mengenyam bangku pendidikan, hanya karena dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada disekitar mereka.

Salah satu akibat dari tidak bersekolah yaitu meningkatnya jumlah pengangguran. Februari 2013, Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Timur mengemukakan bahwa jumlah pengangguran saat ini mencapai 46.904 orang atau sekitar 1,97%.

Mengapa mereka tidak bersekolah? Mengapa jumlah pengangguran semakin meningkat? Tentu ada banyak faktor yang mempengaruhi seseorang sehingga tidak bersekolah, yang berakibat pada tingginya jumlah pengangguran.

Pertama, faktor kemiskinan menyebabkan anak tidak mendapat kesempatan untuk mengenyam bangku pendidikan. Akibatnya, mereka akan membuat keresahan atau kericuhan dalam masyarakat seperti berjudi, minum minuman keras, bahkan tingkat kriminalitas semakin meningkat, pengangguran semakin banyak karena tidak memiliki kemampuan khusus yang sesuai dengan lapangan pekerjaan. Ekonomi yang dibawah rata-rata tidak mampu menunjang biaya pendidikan, membuat anak bekerja sehingga waktu untuk bersekolah digantikan dengan waktu untuk bekerja agar dapat membantu orangtua dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

Kedua, faktor lingkungan keluarga yang tidak harmonis atau keluaga yang bercerai membuat anak kurang diperhatikan dan berpengaruh pada psikologinya. Kurangnya pengawasan serta kasih sayang dari orang tua membuat anak merasa bebas melakukan yang disukai dan mencari kasih sayang diluar yang membuat mereka dapat terjerumus dalam hal-hal yang negatif.

Ketiga, faktor lingkungan pergaulan disekitar tempat tinggalnya. Mereka merasakan kesenangan bermain dengan teman sebaya atau teman yang tidak sebaya, sehingga membuat mereka bebas dan tidak ada yang mengatur. Mereka akan merasa bahwa kesenangannya akan dibatasi ketika mereka bersekolah. Bagi mereka yang penting adalah tidak ada yang membatasi waktu bermain.

Keempat, faktor pribadi dari sang anak sendiri. Banyak anak yang tidak ingin bersekolah karena tidak ingin menyusahkan orangtua mereka. Rasa malu dalam diri karena ada teman yang sebaya atau seumuran dengan mereka telah bersekolah lebih dahulu sedangkan mereka baru mau mendaftar. Kurangnya kesadaran akan pentingnya pendidikan. Bahkan, sebagian mereka telah merasakan nikmatnya bekerja dan mendapat uang sendiri.

Kelima, jarak antara sekolah dan tempat tinggal yang lumayan jauh. Untuk bersekolah harus menempuh jarak berkilo-kilometer. Sehingga bermain lebih menyenangkan daripada harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk bersekolah.

Bagaimana cara agar setiap anak bisa bersekolah? Pemerintah dapat memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya dunia pendidikan bagi anak-anak dan pentingnya kasih sayang serta perhatian orang tua kepada anak-anak. Pemerintah juga dapat membuka sekolah gratis bagi anak yang ekonomi keluarga dibawah rata-rata dan orangtua harus mempunyai kesempatan untuk berkomunikasi dengan anak, karena anak lebih membutuhkan kasih sayang dan perhatian daripada materi.

Pendidikan merupakan hal utama untuk menuju kearah yang lebih baik dan faktor terpenting untuk mewujudkan semua impian kita. Meskipun, pendidikan tidak menjamin kesuksesan seseorang, namun pendidikan membekali kita untuk menjadi lebih baik dan membuat kita lebih mudah mewujudkan apa yang kita inginkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun