Mohon tunggu...
Teener 04
Teener 04 Mohon Tunggu... -

orang biasa, sedang-sedang saja dalam segala hal

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Serupa Tapi Tak Sama (Merpati Vs Kereta Api)

9 Februari 2014   11:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:01 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

SERUPA TAPI TAK SAMA (MERPATI VS KERETA API)

Akhir-akhir ini lagi santer berita salah satu BUMN dalam bidang transportasi penerbangan yaitu Merpati Nusantara Airlines. Perusahaan yang bersejarah yang telah menjembatani nusantara Indonesia sejak 1962 itu telah mati suri dalam operasinya, merah secara financial itulah salah satu alasan sehingga berhenti operasi sementara atau mati suri.

Tak lama setelah pemberitaan itu mencuat secara nasional saya berdiskusi dengan teman-teman yang pernah maupun yang berada di dalam Merpati sendiri. Banyak permasalahan baik secara internal maupun eksternal.

Setelah saya berdiskusi dengan teman-teman tersebut, saya membaca buku Evolusi Kereta Api Indonesia. Dalam hati saya menyimpulkan kok hampir sama permasalahan kereta api dengan merpati. Tetapi, kenapa kereta api bisa bangkit dari keterpurukan? Saya bertanya-tanya dalam hati.

Setelah diskusi saya ketemu dengan teman-teman saya tersebut, saya utarakan hasil baca buku KAI tersebut, mereka menjawab dengan serupa tapi tak sama. Secara financial kereta api tidak punya hutang (yang kita tahu), armadanya masih banyak yang bisa dioperasikan dan KAI sampai sekarang dan monopoli sehingga pasar mereka masih terbentang luas. Tapi yang saya kagumi, walaupun KAI masih monopoli tetapi masih mau berubah dalam segi pelayanan, memang di mulai dari kereta api jarak jauh baru kereta api lokal yang menurut saya masih perlu di benahi lagi.

Merpati VS KAI memang sebuah persoalan yang serupa tapi tak sama. Merpati merupakan karya bangsa yang dibesarkan dalam lingkungan budaya dan bahasa yang beraneka ragam.  Merpati masih dibutuhkan untuk melayani perintis dan pedalaman. Kalau perlu bukan hanya di Indonesia Timur, tetapi bisa menjadi jembatan Nusatara Indonesia antar Kabupaten.

Solusi apakah yang diperlukan merpati untuk terbang kembali? Hanya ada di tangan pemerintah sebagai pemegang saham. Jangan sampai pemerintah membiarkan Merpati mati suri bahkan mati selamanya. Jangan sampai kita menyesal seperti negara Belanda telah tidak membantu Fokernya ketika dalam keadaan sekarat. Mari kita doakan semoga merpati tetap mengepakkan sayapnya di udara. Amiiin...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun