Andaikan Aku SBY
Andaikan aku SBY aku akan selalu memperhatikan rakyatku yang masih dibawah garis kemiskinan, melihat secara langsung dengan mata kepala sendiri. Mengunjungi mereka tanpa protokoler yang hanya menyajikan indah-indahnya saja.
Andaikan aku SBY, aku akan membaca buku kisah tentang Umar bin Khattab ketika menjadi khalifah. Hampir setiap malam Umar bin Khattab melakukan perjalanan diam-diam. Ditemani salah seorang sahabatnya, ia masuk keluar kampung. Ini ia lakukan untuk mengetahui kehidupan rakyatnya. Umar khawatir jika ada hak-hak mereka yang belum ditunaikan oleh aparat pemerintahannya.
Andaikan aku SBY, aku tidak akan mengeluh kepada rakyatku tentang gaji, keluarga, berita-berita yang menyerangku. Karena rakyatlah yang harusnya mengadu kepadaku tentang kepemimpinanku.
Andaikan aku SBY, aku akan memilih mengunjungi mereka yang terkena musibah di Jakarta, Manado, Pantura, Medan dan daerah-daerah lain untuk menguatkan para korban, memberikan motivasi bukan meluncurkan buku baruku di tempat yang mewah bersama para dayang-dayangku.
Andaikan aku SBY, aku akan membayangkan para korban bencana yang butuh banyak pertolongan dan bantuan. Mereka makan dengan apa? Tidurnya dimana? Kedinginankah mereka? Bagaimana dengan para lansia dan anak-anak? Apakah mereka bahagia di pengungsian?
Sayang aku bukan SBY, aku hanyalah rakyat kecil, jangankan bertemu SBY, bersalamanpun belum pernah, aku hanya melihat dari TV saja. Aku jadi teringat dengan Bunda Teresa “Kemiskinan yang paling akut menurut Bunda Teresa adalah kemiskinan atas perhatian, cinta kasih dan keperdulian”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H