Mohon tunggu...
tina diyah
tina diyah Mohon Tunggu... -

Menginginkan sesuatu hal yang beda, berubah dan berwarna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hentikan Diplomasi Megafon

21 Juni 2013   14:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:39 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Singapura masih terus diselimuti asap dalam dua hari terakhir ini. Pejabat negeri Singa menyebut tingkat polusi udara terburuk sejak tahun 1977. Tidak cuma mengancam kesehatan, sumber devisa dari para turis ataupun aktivitas perekonomian juga terganggu.

Tuduhan kedua pihak saling telontar lewat megafon melalui corong media masing-masing. Indonesia mengklaim sikap Singapura kekanak-kanakan, sementara Singapura menganggap Indonesia tidak mempunyai kepedulian terhadap lingkungan.

Baik Singapura dan Malaysia, sebagai tetangga yang baik, memang akan lebih bijak apabila uluran tangan ditawarkan lebih dahulu, tanpa perlu tuding-tudingan layaknya seperti anak sekolah. Bukankah lebih baik selama ini kedua negara tersebut juga telah menikmati udara segar dari bentangan hutan di Sumatera dan Kalimantan.

Masalah mendesak adalah bagaimana memadamkan api secepatnya agar tidak memicu munculnya sumber api lainnya, mengingat kebakaran hutan sudah kerap terjadi, perlunya pengadaan pesawat pengebom yang pada awalnya direncanakan pada 2005-2006 segera diwujudkan. Tentunya disertai dengan sanksi tegas dan mutlak bagi para pembakar hutan secara ilegal.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun