Mohon tunggu...
Tedy Sanjaya
Tedy Sanjaya Mohon Tunggu... Insinyur - Industrial Engineer

writer | salafiyyun insyaallah | industrial engineer | supply chain & customer care specialist

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kebenaran Bukan Lagi Soal Perspektif

1 Juni 2017   16:04 Diperbarui: 1 Juni 2017   16:30 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(menjawab tulisan-tulisan Afi Nihaya Faradisa)

Assalamu'alaikum, dik Afi.
Bagaimana kabar adik dan keluarga? Semoga selalu sehat ya.

Dik, tahu tidak, kakak amat sangat bangga ternyata generasi penerus bangsa ada juga yang hebat dalam menulis. Sebelumnya kakak sangat pesimis, karena generasi muda Indonesia jarang ada yang minat membaca dan menulis. Terbukti, tingkat literasi indonesia merupakan satu yang terendah.

Oh iya dik, sebelumnya kakak mau perkenalkan diri dulu. Nama kakak Tedy Sanjaya. Suka membaca dan menulis, dan kakak sudah menelurkan satu buku puisi, nama bukunya 'Pada Hari Dimana Kita', isinya kurang lebih 100 halaman, yang buku itu sengaja tidak kakak terbitkan secara umum untuk dikomersialkan, akan tetapi kakak berikan cuma-cuma kepada teman kakak yang memiliki suatu wadah (PinMagz namanya).

Kakak juga telah membaca tulisan-tulisan adik lho, yg judulnya 'warisan' dan 'belas kasih dalam agama kita', walaupun judul terakhir nampaknya adik hanya menulis ulang dan mengganti judul saja. Tapi intinya kakak senang sekali dengan tulisan dan cara pikir adik yang lumayan visioner, terlebih adik baru SMA bukan?

Namun kakak ingin memberi masukan kepada adik, tidak apa-apa kan? Dalam menulis, seringkali ada yang dilupakan oleh seorang penulis, yaitu riset. Nah nampaknya adik melupakan hal ini, ya? Riset itu penting karena yang membaca tulisan kita (apalagi sudah diposting di media) bukan hanya kita, tapi orang banyak. Kalau dik Afi tidak melakukan riset terlebih dahulu, maka yang lebih ahli dibidangnya terkait yang adik tulis akan berkomentar. Dan dik Afi perlu berlapang dada dalam menerima karena itu adalah ilmu yang adik dapatkan.

Dik, tahukah, pemikiran dalam 'warisan' yang adik tulis itu persis seperti yang kakak pikirkan 3-8 tahun lalu. Iya dik, dulu kakak mengira semua agama adalah warisan, semua agama mengajarkan kebaikan, dan kebenaran hanya masalah perspektif. Dua hal pertama mungkin iya, tapi hal yang terakhir tidak.

Dik, dahulu kakak memiliki pemahaman yang bermacam-macam. Kakak melihat liberalisme, yakni mengedepankan competitiveness, kakak dukung liberalisme itu. Sampai-sampai kakak mengatakan yang mengeluh sebagai pengangguran, apa-apa harga naik, bbm mahal, kakak cap sebagai pemalas. Parah ya? Padahal pengangguran terjadi bukan karena malas, tapi lebih kepada membludaknya angkatan/usia siap kerja masyarakat indonesia yang tidak diimbangi dengan peningkatan penambahan lapangan pekerjaan. Sehingga sebagian dari angkatan kerja Indonesia tidak kebagian kesempatan bekerja. Berwirausaha? Modal awalnya bagaimana? Pinjam dari bank? Semua bank akan meminjamkan uang kalau usahanya sudah jalan 2 tahun :)

Kemudian kakak membaca tentang komunisme, dari Marxisme sampai Leninisme. Dan kakak juga sempat ngefans sama DN AIDIT, dik Afi pasti tahu dong ya siapa beliau? Semua pikirannya kakak anggap baik, karena pada saat itu partainya lah yang terang-benderang anti asing dan paling berani melawan penjajah. Tapi seiring berjalannya waktu, kakak menemukan kekejaman yang luar biasa dari komunisme ini. Yakni pengekangan hak beragama.

Kakak juga dulu sangat mendewakan demokrasi, merasa pancasilais sejati, pokoknya semua hal yang berbau agama kalau tidak sejalan dengan pancasila dan demokrasi maka agama tersebut salah. Kakak sudah terdoktrin bahwa demokrasi dan pancasila itu pasti baik, sampai pada akhirnya kakak menyadari bahwa pancasila hanyalah buatan manusia biasa, dan sila pertama adalah ketuhanan yang maha esa.

Dan dari hal-hal yang demikianlah akhirnya kakak berpindah menjadi pemerhati agama. Kakak senang sekali dengar ceramahnya Dr.Zakir Naik, bukan karena seringnya dia mengislamkan orang, tapi pemahaman dia mengenai agama lain sangat luar biasa. Nah dari situ nampaknya kakak harus banyak belajar agama.

Adik tahu tidak, dulu kakak berpikir Islam Sunni dan Syiah itu sama lho. Karena sama-sama bertuhankan Allah dan Bernabikan Muhammad. Bahkan kakak dulu menganut sufisme dan mendewakan Rumi dan Al-Hallaj. Maklum, pemikiran kakak dulu terlalu sekuler, apa aja diterima, seperti dik Afi sekarang ini. Tapi Alhamdulillah, kakak diberikan hidayah oleh Allah, 7 tahun lamanya Allah baru memberikan hidayahnya kepada kakak.

Alhamdulillah kakak diberikan hidayah berupa mudah menerima nasihat, tentunya nasihat yang tidak bertentangan dengan Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad. Dan kakak harap dik Afi juga bisa dengan mudah menerima nasihat dan pendapat orang lain ya, jangan keras kepala :)

Dik, kita lahir sebagai kulit hitam atau kulit putih adalah warisan, kita lahir sebagai orang sunda, jawa, tionghoa adalah warisan, kita lahir dengan organ tubuh yang lengkap juga merupakan warisan.

Namun apakah agama kita juga warisan? pada asalnya YA, Allah mewarisi kita agama Islam semenjak kita lahir, sebagaimana sabda Nabi Muhammad dalam hadits shahih riwayat Bukhari & Muslim :

"Tidak ada seorangpun yang dilahirkan kecuali dilahirkan pada fitrah (Islam)nya. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi"

Ya, pada asalnya agama kita adalah warisan, yakni Islam. Tetapi setelah itu menjadi pilihan masing-masing orang tuanya, dan setelah dewasa maka menjadi pilihan masing-masing individu. Maka dalam hal ini, kebenaran tak lagi masalah perspektif.

Kebenaran telah menjadi hal yang hakiki, bukan lagi masalah perspektif, dan Islam adalah kebenaran yang hakiki itu, sesuai warisan yang telah diwariskan Tuhan kepada kita, bukan hal yang diberikan orang tua kepada kita.

Dik, tahukah kenapa Tuhan mewariskan Islam kepada kita? Bukannya sebagai pilihan? Jawabannya adalah karena kita diciptakan sebagai hamba-Nya, seonggok manusia yang tidak bisa apa-apa tanpa kuasa-Nya. Dan itulah arti dari Islam sendiri, berserah diri pada kuasa dan kehendak-Nya.

Dik, pernahkah adik mendengar kisah Nabi Muhammad menyuapi seorang yahudi buta? Yahudi buta tersebut selalu menjelek-jelekan Nabi Muhammad padahal yang dijelek-jelekkan sedang menyuapinya? Dan Nabi Muhammad sampai dengan akhir hayatnya tidak pernah memberitahukan kepada Yahudi buta tersebut bahwa ia lah yang menyuapkannya?

Dik, tahukah bahwa Nabi Muhammad ketika berperang memerintahkan kepada pasukannya agar jangan menghancurkan gereja dan tempat ibadah umat lainnya? Hal yang bertolak belakang dengan Amerika yang katanya negara yg paling menjunjung tinggi HAM tapi dengan seenaknya menghancurkan rumah ibadah di Irak, Afghanistan, Libya, dan yang lainnya?

Dik, tahukah dalam berperang Nabi Muhammad melarang untuk membunuh wanita, anak-anak, dan orang yang menyerah? Hal yang bertolak belakang dengan Amerika, Israel, dan Syiah yang tanpa rasa bersalah membunuh orang-orang yang tak berdosa bahkan anak-anak?

Dik, tahukah bahwa Nabi Muhammad memerintahkan untuk berlemah lembut kepada para tahanan layaknya raja? Sedangkan bertolak belakang dengan penjara guantanamo?

Dik, tahukah bahwa Umar bin Khattab melarang gubernur mesir pada saat itu, Amr bin Ash, yang akan menggusur rumah seorang yahudi miskin dan dijadikan masjid? Bukankah bertolak belakang dengan Pak Basuki yg seenaknya menggusur rakyat miskin? Itu lho, Pak Basuki yang katanya simbol Bhinneka Tunggal Ika itu. Jika Pak Basuki dianggap sebagai simbol Bhinneka Tunggal Ika, lebih baik saya tidak berpancasila sama sekali.

Dik, tahukah kenapa mereka tidak bisa berperilaku sebagaimana mestinya? Jawabannya adalah karena mereka meninggalkan warisan yang diberikan Tuhan kepada mereka, yakni Islam.

Islam lebih bhinneka ketimbang kebhinnekaan itu sendiri, Islam lebih toleransi ketimbang tolok ukur toleransi itu sendiri, Islam lebih demokratis ketimbang demokrasi itu sendiri, dan Islam lebih pancasila daripada pancasila itu sendiri. Sebagaimana sila pertama pada piagam jakarta 22 juni 1945 : Ketuhanan, dengan menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.

Karena Islam adalah kebenaran yang hakiki, warisan berharga yang Tuhan berikan kepada manusia.

Demikian,
Wassalamu 'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh

Tedy Sanjaya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun