ilmu pengetahuan dan teknologi yang menuntut perguruan tinggi untuk mengembangkan mutunya untuk mampu menunjukkan eksistensinya di tengah persaingan ketat pada kancah internasional. Oleh karena itu, diperlukan mahasiswa dengan keunggulan dan keterampilan berpikir tingkat tinggi atau higher order thinking skill seperti menalar, menganalisa dan mengevaluasi.
Gelombang peradaban keempat yang sering kita dengar sebagai era 4.0 memaksa seluruh sendi kehidupan manusia untuk berkembang dan menyesuaikan. Era 4.0 ini juga berdampak pada perkembangan"The fourth industrial revolution seems to be creating fewer jobs in new industries than previous revolutions," Â Ujaran Klaus Schwab sebagai pendiri World Economic Forum bukan tanpa alasan, hal ini terjadi karena adanya disrupsi kompetensi teknologi 4.0 menghasilkan kompetensi baru untuk menggantikan kompetensi lama yang sudah tidak lagi relevan karena perannya yang sudah digantikan oleh teknologi. Â Hal ini harus disikapi oleh sekolah dan perguruan tinggi untuk mempersiapkan keahlian pada siswanya yang relevan untuk perkembangan zaman. Tony Warger dalam bukunya merumuskan, Seven Survival Skills for 21st Century" yaitu: critical thinking and problem solving; collaboration across network; agility and adaptability; Initiative and entrepreneurship; Accessing and analyzing information; effective communication; curiosity and imagination. Tujuh skill ini jika kita tarik ke belakang pada sekolah dasar sampai perguruan tinggi jarang ditemukan di Indonesia. Maka dari itu, banyak profesor pada bidang pendidikan menyarankan untuk mengaplikasikan metode pembelajaran STEM milik Amerika Serikat untuk diadaptasi dengan tetap memperhatikan tujuan pendidikan Indonesia.
STEM atau Science, Technology, Engineering and Math adalah metode pembelajaran dengan pendekatan yang menggabungkan keempat disiplin ilmu dalam upaya untuk melatih siswa dalam menyelesaikan sebuah kasus. Masing-masing dari aspek STEM memiliki peranan sendiri yang jika diintegrasikan dalam suatu pemahaman ilmu akan menghasilkan siswa yang dapat menyelesaikan sebuah masalah dengan lebih komprehensif dan terstruktur. Hal ini akan menjadikan suatu ilmu pengetahuan tidak hanya hafalan materi namun juga menjadi sesuatu yang lebih bermakna. Pendidikan menggunakan metode STEM akan memberikan keterampilan lebih untuk siap memenuhi permintaan tenaga kerja pada masa kini hingga masa depan. Dan inti dari pembelajaran STEM adalah rasa penasaran dan fleksibilitas yang dapat membekali pembelajar untuk menanggapi tantangan yang nyata.
Sebagai kesimpulan, dunia akan terus berubah dan era tidak akan berhenti pada 4.0. Pendidikan STEM akan mengubah pola pikir siswa untuk menjadi lebih fleksibel, mencari pola, mengevaluasi informasi dan menemukan koneksi antar partikel informasi. Hal ini akan menjadi senjata utama dalam meningkatkan kapabilitas siswa dalam menemukan solusi yang diperlukan dalam pembangunan berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H