Siapa yang tidak tau cokelat? Rasa cokelat yang umumnya manis dan lembut dilidah membuat kita ketagihan untuk selalu mencobanya. Cokelat juga merupakan suatu bahan yang cocok dimasukan kedalam segala jenis camilan maupun campuran dalam olahan minuman. Adapun cokelat batang pun banyak macamnya, baik segi rasa maupun komposisi yang terdapat pada produk masing-masing.
Namun, taukah anda darimana cokelat itu berasal? Cokelat yang biasa kita konsumsi merupakan hasil olahan dari buah atau kolven kakao. Bagian putih yang berada disekitar biji disebut plup. bagian ini akan terasa manis keasaman jika dikonsumi ketika buah sudah masak. Cara mengetahui buah kakao sudah masak dan siap panen ditandai dengan adanya perubahan warna kulit buah yang awalnya hijau menjadi kekuningan, yang awalnya kuning menjadi kemerahan, yang awalnya merah menjadi keorenan. Lalu apakah yang dimanfaatkan dalam pembuatan cokelat adalah daging buahnya? Tentu saja tidak, yang dimanfaatkan dari kolven kakao adalah bagian bijinya, namun biji kakao harus difermentasi dan dijemur terlebih dahulu sebelum diolah menjadi beragam olahan kakao. Setelah mengetahui secara garis besar perbedaan kakao dan cokelat yuk bersama-sama kita mengetahui dinamika yang terjadi pada budidaya tanaman kakao yang bertempat di Nglanggeran.
Nglanggeran selain terkenal dengan adanya gunung api purba, produk cokelat yang dihasilkan dari buah tangan KWT juga merupakan suatu ikon yang terpampang ketika kita mengunjungi desa wisata ini. Produk cokelat yang dihasilkan dari para KWT bervariasi dan berbagai macam rasa walau dengan produk yang sama. Pengolahan biji kakao yang masih beroperasi aktif di Desa Nglanggeran adalah Griya Cokelat dan Taman Teknologi Pertanian. Kedua kelompok ini memiliki produk yang sama namun dengan citarasa yang berbeda-beda. Citarasa yang berbeda dari kedua kelompok selain disebabkan oleh komposisi campuran bahan yang berbeda, penggunaan alat yang berbeda, serta golongan biji yang digunakan. Perbedaan golongan biji ini juga sebagai faktor yang mempengaruhi citarasa hasil olahan cokelat oleh para KWT di desa Nglanggeran.
Pohon kakao berdasarkan golongan bijinya dibedakan menjadi 3 yaitu Criollo, Forastero, dan trinitario. Buah tanaman kakao yang masuk dalam golongan criollo menghasilkan biji dengan kualitas terbaik (fine cacao) dan mendominasi pasaran. Dibalik rasanya yang paling enak dibanding yang lain namun tanaman golongan ini peka terhadap penyakit, kulit buah yang tipis dengan bentuk lonjong agak membulat. Tanaman kakao forastero merupakan tanaman yang memiliki kulit buah yang keras serta produktivitasnya yang tinggi namun biji buah ini memiliki mutu yang paling rendah diantara kompetitornya. Tanaman kakao trinitario merupakan penyempurna dari Criollo dan Forastero sehingga memiliki biji dengan mutu yang serupa dengan criollo namun lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
Perkebunan kakao yang ada di Desa Nglanggeran umumnya para petani menanam kakao dengan golongan biji criollo dan trinitario namun masih terdapat beberapa golongan biji forastero yang ada dengan jumlah yang relatif sedikit. Penanaman kakao golongan criollo dan trinitario ini menyebabkan adanya ketertarikan dari perusahaan cokelat monggo untuk membuat cokelat dengan ciri khas Gunungkidul. Owner dari cokelat monggo mengatakan bahwa biji kakao yang berasal dari Gunungkidul memiliki aroma dan rasa yang lebih kuat dibanding dengan biji kakao dari bali maupun kulon progo. Munculnya pernyataan tersebut membuat harga biji kakao kering di Gunungkidul mulai beranjak naik.