Bank Indonesia menyadari meningkatnya kecendurungan globalisasi yang didukung perkembangan teknologi tidak mengenal batas wilayah maupun waktu. SSKperiode2 diharapkan mampu berfungsi secara efektif dan efisien terhadap kerentanan baik internal maupun eksternal sehingga pendanaan dapat berkontribusi secara tepat pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.Â
Melalui Kebijakan Makroprudensial yang mencakup seluruh eleman sistem keuangan diharapkan mampu memelihara stabilitas keuangan nasional mengingat krisis yang terjadi pada tahun 2008 dialami saat kondisi makroekonomi yang sehat.
Pemerintah telah berupaya membuat strategi melalui lembaga-lembaga agar sistem perekonomian negara dapat berjalan dan produktif. Dari hulu hingga ke hilir telah di atur dalam regulasi masing-masing. Lantas bagaimana kita sebagai masyarakat ikut berpartisipasi dalam menjaga stabilitas keuangan negara? Adalah dengan persiapan dan gaya hidup.
Persiapan ini mencangkup rencana jangka pendek, menengah, dan panjang dalam mengalokasikan dana. Kita dapat memulai dengan menabung. Hal yang diajarkan dari waktu kita kecil. Terdengar seperti biasa, tetapi menabung mempunyai dampak yang besar bagi kita. Jika  kita terkena dampak krisis akibat perang dagang dimana berdampak pada mi instan naik drastis hingga Rp 10 ribu maka kita akan cukup bertahan hingga keadaan ekonomi normal kembali.Â
Jika tidak ada tabungan maka biasanya yang akan diambil adalah jalan pintas, yaitu pinjaman. Kita dapat melakukan pinjaman namun akan lebih baik jika pinjaman tersebut harus produktif. Misalkan kita membeli motor dengan pinjaman maka motor tersebut harus produktif. Dengan motor kita menghasilkan uang melaui ojek online maka motor tersebut sebagai aset kita karena dapat memberikan pendapatan kepada kita.Â
Perencanaan membeli rumah karena cicilan rumah dan membayar biasa sewa rumah atau apartment tak jauh beda. Banyak pilihan keuangan yang dapat kita persiapkan untuk waktu, tujuan atau keuntungan.Â
Namun kembali lagi kepada kekuatan finasial kita karena dengan mengetahui sejauh mana finansial kita dapat merambah, kita dapat mengalokasikan dana kita ke sentra-sentra produktif yang lain, seperti deposit, menanam saham, memulai usaha dan yang lainnya.
Gaya hidup dewasa ini berubah begitu drastis sesuai dengan kemajuan teknologi. Bayangkan saja sebelum tahun milenium mempunyai HP monoponik saja sudah dianggap wah. Hanya golongan tertentu saja yang punya HP, yang lainnya masih menggunkan wartel atau kirim surat melalui POS.Â
Sekarang semua golongan sudah memiliki HP dengan berbagai macam variasi. Kita semakin dimanjakan dengan berbagai macam variasi produk baik eletronik, pakaian, dan makanan. Kita bisa memilih membeli secara online maupun offline. Belum lagi tawaran diskon yang semakin menggila. Tak sampai disitu kita disuguhkan dengan pinjaman pembayaran. Barang ada, diskon ada, pembayaran bisa hutang terlebih dahulu. Kebanyakan dari kita pasti akan tergoda. Media sosial juga sangat berpengaruh pada gaya hidup masa kini. Banyak yang belum bisa diam jika belum memberi makan netizen. Sering kita jumpai membeli kopi hanya untuk di upload.Â
Misal, seminggu lima kali sesuai jam kerja. Satu kopi paling murah 25 ribu. Dalam satu bulan untuk kopi sudah sebesar 500 ribu. Belum lagi tuntutan gaya hidup yang lain. Saking tersedianya dana talangan banyak yang rela memenuhi gaya hidup sampai membayar tagihan kartu kredi hanya tinggal membayar bunga saja. Kalau lancar mungkin kerugian hanya secara personal, namun jika gagal bayar maka akan berakibat financial lost dipihak bank. Sesuai penjelasan diatas, seyogyanya pinjaman dapat dialihkan ke sentra produktif.