Jakarta, 9 Desember 2015
Pensiunan Pertamina, yang merintis, membangun dan membesarkan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Minyak dan Gas Bumi (Migas) sehingga maju dan mendunia, dalam usia National Oil Company (NOC) yang ke-58 tahun (10 Desember 1957 - 10 Desember 2015) ini serta memantapkan komitmen Pensiunan Pertamina yang berhimpun dalam Solidaritas Pensiunan Karyawan Pertamina (eSPeKaPe) untuk “Kawal dan Pertahankan Pertamina Harga Mati” yang dideklarasikan saat HUT Ke-10 eSPeKaPe pada 10 Februari 2011, terpanggil sebagai kewajiban dan tanggungjawab moral untuk mensyukuri isia ke-58 Pertamina ini. Demikian ungkap Ketua Umum eSPeKaPe, Binsar Effendi Hutabarat melalui rilisnya kepada pers (9/12/2015).
PT Pertamina (Persero), menurutnya, telah sukses meraih penghargaan sebagai peringkat pertama kategori BUMN non Keuangan non Listed, di ajang bergengsi Annual Report Award (ARA) 2014 pada 22 September 2015 yang lalu. Penghargaan yang diserahkan oleh Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Rahmat Waluyanto kepada Direktur Keuangan Pertamina, Arief Budiman pada malam penganugerahan yang ke-14. Peserta ARA 2014 yang terdiri dari emiten terdaftar di pasar modal dan perusahaan non publik, berjumlah 294 peserta, yang terdiri dari 274 perusahaan, 17 dana pensiun dan 3 bank perkreditan rakyat.
“Ini menunjukkan bahwa Pertamina telah benar melaksanakan effesiensi dan effektivitasnya”, ujar Binsar Effendi. Artinya, imbuhnya, keberhasilan Pertamina meraih yang terbaik dalam ARA 2014 semakin menegaskan komitmen Pertamina untuk melakukan upaya disclosure sebagai bagian dari penerapan prinsip GCG (Good Corporate Governance) .ARA sendiri merupakan ajang penghargaan yang didasarkan pada penilaian terhadap penyajian laporan yang menggambarkan dengan baik dan jelas mengenai kinerja operasi dan finansial perusahaan. Kejelasan informasi yang berpedoman pada ketentuan yang berlaku di Indonesia dan internasional merupakan salah satu bagian penting dari penerapan GCG.
Kesuksesan Pertamina. Binsar Effendi melanjutkan, juga diikuti oleh anak perusahaan, PT Elnusa Tbk. yang meraih peringkat kedua pada kategori Private Non Keuangan Listed. “ARA 2014 diselenggarakan oleh tujuh institusi, yaitu OJK, Kementerian BUMN, Bank Indonesia, Direktorat Jenderal Pajak, Komite Nasional Kebijakan Governance, PT Bursa Efek Indonesia, dan Ikatan Akuntan Indonesia, sehingga kami, pensiunan Pertamina sangat mensyukuri di usia perusahaan memasuki 58 tahun ini”..
Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Dwi Soetjipto dalam acara FGD Alumni Teknik Mesin ITS pada 2 Oktober 2015 lalu juga mengatakan, tutur Ketua Umum eSPeKaPe, “Pertamina menyalurkan 60 miliar liter bahan bakar minyak (BBM) dalam setahun ke seluruh pelosok negeri dengan medan cukup berat, dan tidak boleh shortage (kekurangan) di daerah. Tapi, ironisnya Pertamina kerap kali mengalami diskriminasi dalam menjual BBM. Pertamina diberikan kewajiban harus berjuang keras agar BBM bisa sampai pada masyarakat” katanya tandas.
Sementara pesaingnya, menurut Binsar Effendi, yaitu perusahaan asing hanya mengincar pasar penjualan BBM di perkotaan saja tanpa diberi kewajiban menjual BBM ke pelosok tanah air. “Begitu enaknya SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) asing yang hanya membuka di Jakarta, yang sering sekali terjadi ketidakadilan yang diperoleh Pertamina. Pertamina sudah mendapat tugas berat dan diskriminasi, Pertamina pun seringkali mendapatkan keluhan serta dimaki-maki oleh publik”, keluhnya.
Namun karena untuk mewujudkan visi Pertamina sebagai perusahaan kelas dunia, maka Pertamina harus ikut melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program Pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, terutama di bidang penyelenggaraan usaha energi, yaitu energi baru dan terbarukan, migas baik di dalam maupun di luar negeri, serta kegiatan lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha di bidang energi, yaitu energi baru dan terbarukan, migas tersebut serta pengembangan optimalisasi sumber daya yang dimiliki Pertamina untuk menghasilkan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat serta mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai Pertamina dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.
“Sementara misi Pertamina menjalankan usaha inti minyak, gas, bahan bakar nabati serta kegiatan pengembangan, eksplorasi, produksi dan niaga energi baru dan terbarukan (new and renewable energy) secara terintegrasi, nampaknya secara konsisten terus diterapkan”, kata Binsar Effendi.
Menurutnya, Pertamina mencatatkan kinerja keuangan yang buruk sepanjang paruh pertama 2015. hingga Juni 2015, pendapatan Pertamina mengalami penurunan hingga 40,69 persen menjadi US$ 21,79 miliar dari periode sama tahun lalu. Kinerja yang buruk ini imbas dari merosotnya minyak mentah. Beruntung, di tengah anjloknya pendapatan, beban pokok dan beban usaha Pertamina mengalami penurunan sebesar 35,26 persen dibandingkan periode sama pada tahun lalu menjadi US$ 20,22 miliar.
Namun realitanya tidak cukup untuk menyelamatkan perolehan laba perusahaan. Terbukti, ungkap Ketua Umum eSPeKaPe, laba bersih semester I 2015 turun menjadi US$ 570 juta dengan EBITDA mencapai US$ 2,32 miliar. Laba bersih ini menurun sebesar 96 persen dari periode sama tahun lalu yang mencapai US$ 1,13 miliar. “Pertamina menanggung kerugian sangat besar karena tidak dinaikkannya harga BBM ketika harga minyak dunia mengalami kenaikan. Pemerintah mencatat, rugi yang ditanggung Pertamina akibat harga BBM mencapai Rp 12,6 triliun hingga Juli 2015”.