eSPeKaPe Tegaskan Pertamina Sejatinya Dibangun Untuk Ekonomi dan Sosial
Jakarta, 10 Desember 2014.
Dalam rangka memperingati HUT Pertamina Ke-57 setelah hari Selasa kemarin (9/12) digelar dialog silaturahmi bertema “Pastikan Pertamina Asian Energy Champion tahun 2025” di Gedong Joang 45, Jakarta. Pensiunan Pertamina yang berhimpun di Solidaritas Pensiunan Karyawan Pertamina (eSPeKaPe) menegaskan bahwa Pertamina dibangun untuk orientasi ekonomi dan sosial, bahkan untuk ketahanan nasional.
“Pertamina yang dibangun 57 tahun lalu, tepatnya 10 Desember 1957, bukan hanya untuk orientasi ekonomi dengan mengejar profit saja, melainkan harus seiring dengan orientasi sosial. Pasalnya produk migas yang dibor dari perut bumi ini dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sesuai amanat konstitusi”, ujar Ketua Umum eSPeKaPe Binsar Effendi Hutabarat yang juga Wakil Ketua Umum FKB KAPPI Angkatan 1966 dalam rilisnya kepada pers (10/12/2014).
Menurut Binsar Effendi yang juga Komandan Gerakan Nasionalisasi Migas (GNM) menjelaskan, Pertamina didirikan dari latar belakang nasionalisasi yang dikobarkan oleh Bung Karno. Latar belakangnya karena saat Trikora untuk merebut Irian Barat (sekarang Papua), pesawat perang TNI-AU yang mendarat lebih dulu di Makassar untuk isi bahan bakar avtur, tetapi di boikot oleh Shell BV yang milik Belanda. Sehingga pesawat perang TNI-AU tidak bisa melanjutkan penerbangannya untuk berperang dengan Belanda dalam perebutan kembali Irian Barat. “Dari tindakan boikot Shell itulah, maka nasionalisasi migas diberlakukan atas instruksi Bung Karno”, terangnya.
Sekarang Pertamina yang sudah dialihkan jadi perseroan berdasarkan PP No. 31 Tahun 2003 dan bersumberkan UU No. 22 Tahun 2001 tentang Migas, yang menguburkan UU Pertamina No. 8 Tahun 1971 dengan membonsaikannya pola integrasi menjadi unbundling (dipecah-pecah), “Bukan lalu hanya ditugasi mengejar untung tapi juga melaksanakan peran sosialnya seperti penyediaan dan pelayanan untuk BBM subsidi dan tabung gas elpiji 3 kilo”, kata Binsar Effendi sambil mengungkapkan jati diri Pertamina selain sebagai agent of development karena aspek ekonomi, juga security of supply karena aspek sosialnya. Termasuk sebagai barrier to entry untuk aspek ketahanan nasional kita.
Binsar Effendi juga ikut berang saat Presiden Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) Ugan Gandar dalam dialog eSPeKaPe menginformasikan tentang konstelasi permasalahan di dalam tubuh Pertamina dan juga situasi Pertamina yang BUMN terbesar di negeri ini yang disebutnya ada upaya penghancuran oleh pihak luar, seperti ditunjuknya Dwi Soetjipto menjadi Dirut Pertamina yang tidak memiliki background atau pengalaman dalam bidang energi. Dan saat ini juga, Pemerintah tengah mendesak perusahaan pelat merah ini untuk menyerahkan seluruh saham yang ada di Pertagas kepada PGN sekalipun 52% keuntungan Pertamina berasal dari gas.
Pensiunan eSPeKaPe sebagai stakeholder yang semasa aktifnya dengan susah payah merintis, membangun dan membesarkan Pertamina, kemudian dengan tegas siap untuk berhadapan dengan pihak manapun jika upaya penghancuran Pertamina tetap dilakukan. “Siapapun mereka dan dari manapun mereka, yang diduga berupaya menghancurkan Pertamina seperti dibalik ingin menggolkan privatisasi Pertamina, termasuk Faisal Basri yang sempat menyatakan Pertamina bodoh. Kami, pensiunan Pertamina yang bergabung di eSPeKaPe dan bersama pekerja yang bergabung dalam FSPPB, adalah pihak yang akan berada di garis terdepan untuk melawannya. Tidak terkecuali jika Presiden Jokowi atau Wakil Presiden Jusuf Kalla juga berpihak pada mereka”, pungkas Binsar Effendi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H