[caption id="attachment_119783" align="alignleft" width="300" caption="Book (source:http://en.wikipedia.org/)"][/caption]
GURU, dosen, pengajar, pemberi les tambahan, atau apapun namanya yang bekerja di bidang pendidikan disebut sebagai PENDIDIK. Dan banyak sekali "gelar" atau panggilan atau embel-embel dibalik profesi PENDIDIK. Salah satunya adalah gelar "PAHLAWAN TANPA TANDA JASA".... Memberi kesan begitu sederhana dan apa adanya, mungkin orang jawa menyebutnya "NERIMO"...
Dan yang lebih fenomenal lagi yaitu sebutan "UMAR BAKRI" seperti salah satu lagu Iwan Fals. Sosok seorang pendidik yang digambarkan begitu sederhananya dalam sebuah lagu. Sebegitu sederhananya hingga menjadi guyonan/lelucon yang benar-benar sangat menyedihkan sebenarnya, tapi itulah kenyataannya.
Itu masih dalam sebuah lagu, belum lagi yang tergambarkan dalam banyak film layar lebar maupun sinetron televisi di negara kita, Indonesia tercinta. Sosok guru atau seorang pendidik yang seharusnya dihormati sudah tidak lagi berwibawa, dan semua itu karena MATERI semata.
Kembali ke topik semula yaitu "kerja pertama", saya hanya ingin sekedar berbagi pengalaman bekerja di dunia pendidikan pertama kali buat saya. Setelah menyelesaikan studi Master, saya bekerja di salah satu universitas swasta di Jawa Timur. Seperti kita tahu sebelum-sebelumnya, berapa-lah nominal yang kita terima sebagai staf pengajar apalagi di universitas swasta di negara kita. Tapi sekali lagi, semuanya sebenarnya kembali lagi kepada tujuan semula kita bekerja. Karena bagi saya saat itu, bekerja di dunia pendidikan sebagai salah satu wadah buat saya untuk berbagi ilmu yang saya miliki terutama sesuai dengan bidang keilmuan saya bukan karena MATERI. Karena saya tahu dunia pendidikan BUKAN sumber MATERI
Menurut saya, UANG itu adalah sesuatu hal yang PENTING tetapi BUKAN-lah segalanya. Itu yang diajarkan oleh kedua orang tua saya yang juga seorang GURU. Ayah saya selalu mengajarkan kepada saya untuk bekerja sesuai dengan yang saya sukai dan HARUS IKHLAS. Jadi kita bisa menjalani pekerjaan itu dengan senang hati. Jangan melihat dari segi nominal/materi yang kita dapatkan karena itu SANGAT TIDAK TEPAT. Karena sebenarnya besar kecilnya pendapatan itu tergantung dari bagaimana kita bisa mengelola dan merencanakannya dengan baik.
Dunia pendidikan sebenarnya sama dengan lapangan pekerjaan lainnya, tidak semuanya berjalan JUJUR tetapi adakalanya saling sikut menyikut .... (*jadi seperti anggota DEWAN saja)... tapi memang itulah adanya. Apalagi faktor senior-yunior itu juga menjadi salah satu permasalahan. Seringkali seorang yunior harus banyak mengalah atau menerima apapun keputusan dalam rapat bersama. Apalagi jika ada salah satu proyek yang lumayan, pastilah sang yunior ketiban banyak kerjaan tetapi mendapatkan hasil paling sedikit hahahahahaha.... *Oh yunior.....
Belum lagi permasalahan sepele seperti pembagian mata kuliah, terkadang sang senior TIDAK MAU berbagi dengan sang yunior. Alhasil sang yunior mendapatkan mata kuliah yang tidak sesuai dengan bidangnya .... Hmmmmmmmmm....
Dan hampir semua yunior pasti mengalami hal yang sama, tidak cuma saya tetapi beberapa teman saya yang berbeda jurusan juga mengalami hal yang sama. Itu saya alami saat saya mengajar di salah satu universitas swasta. Tapi saya tidak pernah mengganggap itu sebagai suatu masalah hahahahaha.... Merasa senang saja karena ada ataupun tidak ada hasilnya bagi saya sama saja, tidak mempengaruhi karena saya sudah memiliki semuanya. Sementara yang saling berebut itu karena mereka perlu untuk kebutuhan hidup mereka, meskipun sudah senior hahahahaha... UpsT!!!
Ketika akhirnya saya berpindah ke salah satu universitas negeri di kota yang sama, itu bukan karena saya tidak betah di universitas swasta. Tapi kembali lagi karena saya ingin berbagi ilmu SESUAI dengan bidang keilmuan saya. Selama saya mengajar di universitas swasta tersebut, saya mengajar mata kuliah yang BUKAN bidang saya. Bisa dibayangkan, saya mengajar mata kuliah FISIKA TERAPAN, Konstruksi Bangunan, MEKANIKA REKAYASA, TEKNIK BENDUNGAN, dan REKAYASA LAPANGAN TERBANG yang semua itu BUKAN spesialisasi saya. Memang IYA, saya BISA karena latar belakang saya ILMU SIPIL tetapi spesialisasi saya bukan itu. Dan sejak awal saya sudah mempunyai rencana untuk memperdalam bidang saya, melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi sesuai dengan bidang saya. Jika saya tetap berada di lingkungan lama saya (*dunia SIPIL UMUM), maka lama-lama ilmu saya akan terlupakan dan HILANG, jadilah saya seorang SIPIL UMUM. Lagipula, sebenarnya semuanya juga tergantung dari TAQDIR TUHAN. Mungkin memang Tuhan mentaqdirkan saya untuk menjadi seorang PLANNER sejati hahahahaha... Dan bisa ditebak, akhirnya saya berpindah ke universitas negeri yang sesuai dengan bidang keilmuan saya sampai sekarang.
Kembali lagi kepada dunia PENDIDIKAN, sekarang saya jadi bisa benar-benar merasakan BEDA-nya antara bekerja di dunia pendidikan di negara kita dan di negara asing salah satunya Negara Jepang. Selama saya studi lanjut di Negara Jepang, saya juga bekerja sebagai researcher di lab saya. Jujur, ketika pertama kali mendapatkan GAJI pertama saya di universitas tempat saya melanjutkan studi sekarang, SANGAT JAUH berbeda dengan GAJI yang saya terima sebagai pengajar PNS universitas negeri di negara kita. Begitu BESAR penghargaan yang diberikan bagi seseorang yang bekerja di bidang PENDIDIKAN di Negara Jepang. Sangat JAUH berbeda dengan yang terjadi di negara kita tercinta... *disini kita membandingkannya di dunia yang sama yaitu PENDIDIKAN