Mohon tunggu...
Teddi
Teddi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengapa Aku Jomblo?

15 Februari 2019   14:02 Diperbarui: 15 Februari 2019   14:05 1854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Apa itu jomblo? Jomblo adalah suatu keadaan dimana kita tidak punya pasangan tapi belum tentu sendirian, mungkin masih punya gebetan, tapi masih belum jadian, hanya sekedar temenan. 

Banyak sekali spesies jomblo yang bisa kita temui di era modern ini, populasinya semakin menyebar seiring perkembangan zaman, Ada joker (jomblo kere), jones (jomblo ngenes), jomblo akut dan masih banyak lagi spesies jomblo di dunia ini.

Gue adalah orang yang sangat tertarik dengan topic pembicaraan jomblo. Jomblo itu adalah orang yang setia, setia pada kesendirian. Kali ini gue akan bercerita tentang pengalaman pahit yang menurut gue manis sampai hampir diabetes, yaitu kenapa gue bisa jomblo. Katanya jomblo itu free, faktanya prihatin. Tapi selama kita menikmati status itu, ya sah-sah sajakan, Asalkan bahagia. 

Banyak orang yang selalu dihantui oleh kejombloannya, bahkan menjadi bahan bullyan teman-teman yang sudah punya pasangan. Banyak respon dari korban bullyan kejombloan, ada yang santai seakan menganggap itu hanyalah cuitan netizen dan heters jomblo, tapi ada juga yang baper tingkat dewa bahkan stress.

Ada banyak sekali alasan kenapa seseorang bisa jomblo, entah karena trauma pada masa lalu, atau memang tak laku-laku. Kebanyakan alasan seseorang jomblo adalah karena susah move on. 

Memang bagi orang yang punya tingkat gaya gravitasi tinggi terhadap move on sangatlah susah untuk melupakan masa lalu, terjebak pada masa lalu tanpa memikirkan masa depan. Kerena tidak ingin berjumpa dengan pengalaman pahit yang kedua kalinya. Ada juga jomblo karena tidak laku-laku. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. 

Faktor internal adalah faktor yang berasal dalam diri sendiri, seperti kurang percaya diri, berpenampilan tidak menarik, dan tidak mempunyai skill menarik hati. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar, seperti orang lain tidak selera pada kita. Tapi jika kita berusaha sekuat tenaga dengan potensi yang ada, Tuhan pasti akan memepertemukan yang cocok dengan kita.

Mungkin inilah situasi yang sedang aku alami, terjebak dalam status kejombloan. Tapi aku tidak gelisah menyandang status ini. Aku sadar saat ini aku masih dibiayai oleh orang tua, belum bisa menghasilkan uang. 

Karena itulah aku memutuskan untuk jomblo, aku punya komitmen untuk memberikan sesuatu kepada pacar bukan dengan uang orang tua. Sebelum membahagiakan anak orang lain aku harus terlebih dahulu membahagiakan orang tua sendiri.

Terkadang teman-teman bingung melihatku, bahkan ada yang menganggap aku ini tidak normal, tapi aku selalu menjawab ocehan dan omelan itu dengan senyuman. Banyak ditemui diluar sana anak-anak yang poya-poya bersama pacarnya padahal orang tuanya matia-matian mencarikannya uang. 

Kata orang masa SMA adalah masa yang paling menyenangkan sewaktu muda, karena disitulah masa remaja untuk mengukir kisah asmara. Berbeda denganku aku terlalu fokus pada media pembelajaran karena tekad yang kuat untuk masuk PTN. Aku sadar suatu saat nanti aku akan menyesali apa yang telah kulakukan ini, tapi hidup ini berbicara soal peluang dan pengorbanan. Untuk mendapatkan sesuatu ada yang harus kita korbankan, lebih baik sengasara dimasa muda dari pada menderita di hari tua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun