Mohon tunggu...
Tubagus Al Amin
Tubagus Al Amin Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hidup dalam kesederhanaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Strategi "Cantik" Politik Presiden Jokowi

20 Februari 2015   18:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:49 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Belakangan ini masyarakat sedang dipertunjukan sebuah acara yang dipentaskan di panggung yang bertema hukum dan politik. Yaitu sebuah perseteruan Antara Polri dan KPK. Dalam pro kontra tersebut banyak sekali pendapat dan masukan baik dari para ahli hukum maupun pakar politik, serta pendapat dari politisi itu sendiri.

Dari Politisi yang kini menjadi Anggota DPR-RI, pendapat yang disampaikan kebanyakan cetek, kurang pengetahuan. Sehingga hal-hal yang disampaikan menggambarkan bahwa sebenarnya politisi tersebut masih kelas kacangan atau bisa juga disebut politisi abal-abal, belum pinter apalagi termasuk elite. Mereka jadi politisi karena punya uang tapi nggak punya pengetahuan.

Sebagai contoh ada Anggota DPR-RI yang memaksakan presiden Jokowi melantik BG, padahal pencalonan BG menjadi Kapolri banyak menimbulkan protes dimana-mana. Yang berarti bahwa seandainya BG dilantik maka pelantikan tersebut akan menjadi boomerang buat presiden. Sebenarnya kalau memang BG itu sudah bermasalah, seharusnya fit and proper testnya  juga nggak perlu dilakukan, atau kalaupun dilakukan juga ya pasti hasilnya nggak lulus dong..! preeeet… ini kok sudah jelas berekening gendut masih bisa lolos.

Yang pasti jika presiden nekat melantik BG selain menjadi boomerang juga akan menambah beban dirinya, dan menambah masalah lagi dalam masa pemerintahan beliau kedepan. Selain itu kecurigaan rakyat atas dirinya menjadi kaki tangan partai akan semakin nyata, sedangkan niat untuk membrantas korupsi nihil.

Apa maksud dari DPR meluluskan BG menjadi Kapolri,kalau nggak ada udang dibalik batu. Yakin dan pasti seandainya Jokowi melantik juga itu BG, maka dengan segera DPR akan membuat permakzulan terhadap Jokowi atas pelantikan tersebut. Yang jelas saat ini dengan kekelahan Prabowo dalam pilpres 2014, DPR mencari kelemahan dan kelalaian Jokowi untuk segera menjatuhkannya. Seperti saat MPR menjatuhkan Gus Dur dari bangku kepresidenan.

Presiden Jokowi sangat cantik dalam memainkan strategi politiknya, dia pakai system total football dengan umpan crossing bola panas ke DPR. Menurut informasi yang didapat dengan gagal dilantiknya BG, kini presiden telah mengajukan calon baru Kapolri kepada DPR untuk dilakukan uji kelayakan. Padahal kini DPR sedang dalam masa reses yang akan berakhir pada tanggal 22 Maret 2015, selama masa itu jika DPR nggak melakukan fit and proper, atau mungkin menolaknya karena telah meyetujui BG. Padahal menurut Undang-undang Polri, 20 hari setelah diajukan sebagai calon Kapolri jika nggak dilakukan uji kelayakan, maka calon tersebut dapat dilantik oleh presiden menjadi Kapolri.

Dari peristiwa ini kelihatan sekali bahwa orang-orang yang menjadi Anggota DPR, kalah strategi oleh Jokowi, keputusannya nggak popular dimata orang-orang partai. Elite penentu nggak menyangka akan strategi politik yang dijalankan Jokowi, karena beberapa hari setelah keputusan ini pun, suara elite nggak terdengar. Memang suara elite biasanya hanya vokal dan lantang diawalnya saja, sedangkan politisi kacangan selalu berisik nggak jelas arahnya, namun setelah waktu berjalan dan terjadi lobi-lobi politik maka gema vokal tersebut berubah menjadi  sweet song berirama romantis.

Presiden Jokowi lebih bijak dari pengamat maupun DPR, sehingga sekarang semua tahu bahwa jadi presiden nggak gampang. Walau sudah dipilih rakyat tapi jika nggak punya hati dan kemampuan serta kebijakannya nggak pro rakyat, maka dirinya dapat disebut nggak amanah. Insyaallah Pak Jokowi selalu berada pada hati nurani rakyat, jangan ikuti keinginan elite-elite partai, so seluruh bangsa ini selalu mendukungmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun