Gonjang ganjing kenaikan harga BBM yang nggak pasti, serta perseteruan politik yang terjadi didalam negeri menjelang pelantikan presiden, merupakan faktor yang membuat pergerakan rupiah tak stabil. Pelantikan presiden bisa membuat rupiah tak stabil karena jika setelah dilantik kemudian presiden menunjuk mentrinya yang kurang pas maka akan melemahkan rupiah. Tapi jika mentri yang dipilih untuk periode 5 tahun kedepan tepat menurut pasar, maka rupiah akan menguat.
Jika rupiah melemah siapa yang bisa menjaga kestabilannya, tak lain dan tak bukan adalah Bank Indonesia (BI). Karena BI merupakan bank sentral di Indonesia yang salah satu fungsinya menjaga kestabilan nilai rupiah.
Setelah fungsi pengawasan bank diambil alih oleh OJK, apa sih sebenarnya tugas BI itu?, tugasnya sangat sederhana yaitu menjaga inflasi. Lho kok inflasi, emangnya inflasi itu apa? Inflasi adalah harga barang yang tak seimbang dengan nilai uang. Bila harga barang mahal, kebutuhan akan naik sedangkan daya beli masyarakat rendah, jadi akan jomplang.
Tapi kalau inflasi terjaga pedagang gorengan pun bisa merasakan kepastiannya berusaha, masyarakat kelas bawah yang gajinya pas-pasan bisa merencanakan pendapatannya untuk membeli sesuatu. Apalagi yang namanya pabrik atau perusahaan besar termasuk konglomerat, semua bisa mempredeksi produksinya secara akurat. Pada akhirnya yang berdagang tenang, pembeli nyaman, pengusaha juga dapat merencanakan penegembangan usahanya secara matang.
Itulah tugas BI yang sebenarnya yaitu memberikan ketenangan, kenyamanan dan ketentraman pada masyarakat. Sehingga BI dianggap suatu institusi yang mampu memecahkan persoalan rakyat. BI adalah pelayan masyarakat, semua kebijakannya haruslah didasari pada kepentingan pencapaian masyarakat dalam jangka panjang, yaitu kesejahteraan.
Hal ini harus didengungkan secara terus menerus, kepada seluruh elemen masyarakat dalam sendi kehidupan. Sikap dasar ini sangat penting untuk dipahami oleh insan BI, sehingga BI selalu berusaha untuk menghasilkan produk yang terbaik bagi masyarakat, berupa stabilitas makro moneter yang menjaga harga-harga tetap stabil, dan sistem pembayaran yang lancar, aman , cepat dan murah.
Produk BI harus berkualitas, BI harus menjadi lembaga pembuat kebijakan publik yang kredibel dan dihormati. Sebab BI yang nggak kredibel dan nggak mendapat respek akan sulit untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat. Padahal kepercayaan adalah penopang utama kebijakan itu akan efektif dilaksanakan atau tidak.
Terutama masalah kurs rupiah, bila kurs lemah semua orang akan merasakanya termasuk rakyat kecil. Sebagai contoh bahwa Indonesia merupakan negara agraris, tapi mengapa kedelai harus impor? Kalau kedelainya impor, rupiahnya melemah maka makanan tradisional yang banyak dikonsumsi masyarakat seperti tahu, tempe, kecap, tauco akan mahal harganya. Belum lagi gula, jagung, beras juga harus didatangkan dari luar negeri. Dampaknya pasti luar biasa.
Kok bisa..? ya bisa karena impor itu memerlukan devisa, devisa ditentukan oleh nilai kurs. Makanya BI harus menjaga rupiah pada level yang paling optimal, jika terlalu lemah barang yang dibeli secara impor termasuk obat-obatan dan susu bayi harganya akan melonjak tajam.BI harus terus berjuang demi kestabilan rupiah, antara lain dengan rajin memasok dollar AS.
Selain dari itu, semua hal ini harus didukung oleh suasana politik yang baik, sebab secara tak terduga suasana politik yang kisruh akan mempengaruhi pasar, yang pada akhirnya rupiah menjadi tertekan. Akibatnya BI harus intervensi ke pasar uang agar rupiah bisa keluar dari pressing.
Apalagi harga bahan baku industri yang dikirim dari luar negeri, pasti naik. Terigu yang menjadi bahan baku pembuatan mie menjadi tinggi, akibatnya harga mie pun susah dijangkau. Ini akan meresahkan masyarakat, karena kita tahu banyak masyarakat Indonesia yang mengkonsumsi mie setiap hari. Banyak pedagang mie rebus yang pakai gerobak dorongmerasakan pengaruhnya.
Sebaliknya jika nilai kurs rupiah terlalu kuat, akan berpengaruh pada perolehan ekspor yang nilainya tak sepadan. Akibatnya industri loyo, nggak bergairah karena tak ada semangat menjual barangnya keluar negeri, padahal kita membvutuhkan devisa.
Sebagai bank sentral BI harus menyiapkan suatu kondisi moneter yang baik, yang mendorong pertumbuhan ekonomi. Jadi selain menjaga kestabilan moneter, BI juga harus membantu sektor riil untuk bergerak. Dimana usahanya dapat membuka lapangan kerja sehingga stabilitas ekonomi terpelihara baik. Pengusaha merasa tenteram karena moneter dilakukan secara hari-hati, suku bungan stabil, terkendali, sehingga dapat mendorong investasi. Sementara perubahan tingkat harga internasional tidak bergejolak yang terefleksikan dari nilai rupiah yang stabil.
Akhirnya semua masyarakat merasakan ketenangan, karena tidak digerogoti oleh inflasi dan pemerintah pun akan terbantu dalam pengurangan pengeluaran bunga obligasi yang dipikul APBN. Ke bentuk seperti itulah BI diharapkan mampu melaksanakan perannya dengan baik. Makanya marilah menjelang pelantikan presiden ini kita damai, rukun jangan bikin rusuh. Biar nggak ada chaos dinegeri ini, biar tetap stabil nilai rupiahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H