Udara agak dingin menggigit disekitar lembang, karena tiupan angin gunung yang membawa mendung menuju perbukitan sekitarnya. Ceu Yani yang sudah lama kukenal sebagai penjual ulen, cemilan khas Bandung yang berbahan dasar beras ketan, nampak asyik sedang membakar ulen yang dipesan pelanggannya.
Ulen kalau di Jakarta terkenal dengan nama uli, cara memasaknya biasanya digoreng, nggak dibakar. Dilembang, penjaja ulen ini berjejer rapi menjajakan dagangannya menjelang tikungan Pasar Lembang. Mereka berjualan 24 jam, dengan pelayan yang berbeda. Warung ulen Ceu Yani, kalau pagi sampai sore biasanya dia yang jaga. Namun malam hingga pagi, Kang Engkos sang suami yang melayani customer-nya.
Selain ulen diwarung ini juga tersedia, peyeum (tape) bakar, pisang bakar plus coklat keju, jagung rebus, mie rebus. Selain itu minuman yang dijual terdapat bandrek, susu murni, kopi, teh dan bajigur. Terkadang jika ada pelanggan yang menginginkan sate kelinci, Ceu Yani juga melayani namun bukan dia yang meraciknya, ada warung disebelah yang kebetulan dagang sate kelinci, mereka berdua join-an.
Pengunjung warung ini nggak putus-putus, mulai dari sarapan sampai ngemil sambil ngopi disore hari. Kalau malam pelanggannya kebanyakan anak-anak muda yang sedang jalan-jalan mau kongkow disekitar Cikole atau Gunung Takuban Parahu. Mereka menikmati hidangan yang disediakan Ceu Yani buat ganjel perutnya, biar nggak masuk angin.
Banyak yang bilang kalau pelayanan di warung Ceu Yani penuh persaudaraan, selain orangya ramah juga sangat cekatan untuk melayani pembeli dengan cepat. Apalagi toping ulennya yang bikin orang selalu kangen, yaitu omcom, tumis kacang tanah dan serundeng. Jika ada yang pesan pisang bakar, keju dan coklatnya ditaro diatasnya sampai mem-bludak. Keju yang dipergunakan keju kraft,ini yang bikin pelanggan selalu ingin kembali mampir.
Oh ya... mengenai harga yang dipatok, nggak mahal kok. Ulen dan peuyeum 7 ribu aja perporsi, sedangkan pisang 12 ribu karena menggunakan pisang tanduk, bukan pisang kepok. Lagian porsi pisangnya big size, tahu sendiri kan seberapa besarnya pisang tanduk. Ditambah minuman bajigur, semua ini terasa nikmat dan hangat. Yang membuat tak henti-hentinya aku mengucap syukur pada Allah SWT, karena dari warung yang sederhana tercipta sebuah maharasa yang tak terkira.
Ceu Yani dan Kang Engkos, tugas jaga warungnya bergantian pagi dan malam hari. Sehingga amat sedikit mempunyai waktu untuk bercengkrama apalagi ngobrol, namun dari hasil perkawinannya kini mereka telah memiilki 2 orang jagoan yang berusia 5 tahun dan 3 tahun. Hebat kan….! Disinilah kuasa Tuhan berperan.
Semoga Ceu Yani dan Kang Engkos selalu sehat, jualannya tambah maju dan laris, sehingga ulen dan kawan-kawan cemilan sejenisnya tetap lestari di tanah pasundan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H