Senang rasanya bisa menikmati keindahan gedung Bank Indonesia (BI) mulai dari sekitarnya belum ada bangunan, sampai kini gedung BI dikelilingi pencakar langit. Bagi Pegawai yang hampir seangkatan denganku pasti ikut bangga karena bisa menikmati perkembangan BI dari jaman ke jaman.
Jelas dalam foto diatas, kondisi sekitar bundaran air mancur masih jauh dari keramaian bangunan pencakar langit. Bahkan patung Arjuna Wijaya yang dibangun pada tahun 1987 pun belum ada. Yang terlihat adalah jalan yang masih lengang, dilalui oleh sebuah bus kota yang pada jaman itu namanya Robur.
Bangunan lama BI baik berupa gedung kantor maupun bekas rumah pejabat De Javasche Bank di daerah menjadi prioritas utama konservasi. Oleh karena itu BI telah mengantungi predikat, kantor yang berhasil mengkonservasi bangunan tua, sehingga bangunan muda bersatu padu dengan bangunan tua. Sikap dan kepedulian terhadap pelestarian bangunan "heritage" tersebut merupakan wujud apresiasi dan pelaksanaan kewajiban BI, sebagai pemilik bangunan bersejarah bangsa Indonesia.
Tujuan pelaksanaan konservasi adalah melakukan upaya untuk mengembalikan bangunan ke bentuk awal, dengan mempertahankan dan mengganti bagian-bagian bangunan yang sudah rusak, serta upaya lainnya agar sesuai dengan kondisi sebelumnya. Sehingga bangunan menjadi utuh dan indah. Jika konservasi tidak diupayakan, maka gedung yang merupakan bangunan kolonial Belanda akan menjadi usang sekaligus akan kehilangan manfaatnya. Coba saja perhatikan bangunan disekitar Kota Tua Jakarta banyak yang tak terurus.
Pelaksanaan pekerjaan konservasi tidak seperti melaksanakan renovasi biasa. Pekerjaan ini mempnuyai tahapan-tahapan tertentu, yang paling lama adalah tahap pra-studi. Tahap ini merupakan tahapan yang paling lama sekaligus menentukan dari konservasi sebuah bangunan tua. Seperti proses pengukuran dan penggambaran kembali kondisi eksisting, penelitian sejarah dan arsitektur, identifikasi elemen dan kerusakan, serta identifikasi perubahan dan penambahan, semua termasuk ke dalam konservasi. Pada proses ini akan dihasilkan ribuan gambar, informasi, dan analisis dari setiap jengkal benda yang ada pada lahan. Terdapat pula proses penentuan periode serta zaman bangunan-bangunan tersebut dibangun, berdasarkan hasil analisis perbandingan foto dan gambar lama pada gambar eksisting yang ada. Hasilnya akan menentukan acuan periode bagaimana bangunan ini akan direstorasi.
Gedung Bank Indonesia Thamrin yang selesai dibangun pada tahun 1962, karena perawatan dan pemeliharaannya berjalan baik maka gedung itu masih gagah dan kokoh hingga kini. Arsitek gedung ini bernama F. Silaban yang juga mengarsiteki Masjid Istiqlal, gaya arsitekturnya dikenal dengan nama neo-tradisional. Sampai saat ini gedung tersebut masih dipergunakan oleh BI, bahkan kantorhumasnya berada digedung itu, sehingga msayarakat yang memerlukan informasi dari BI pasti akan menuju ke Gedung Thamrin
Ketika mendirikan gedung baru pada tahun 1994 yang kini terkenal denganMenara Syafruddin Prawiranegara (MSP) dan Menara Radius Prawiro (MRP), BI tetap mempertahankan gedung bank yang menghadap ke jalan Thamrin. Ini pertanda bahwa posisi gedung tersebut sudah tepat dan tak ketinggalan jaman serta menjadi ikon BI.
Ketekunan, kesabaran serta kerja keras adalah suatu yang sangat diharapkan untuk menjaga agar gedung, bangunan, atau heritage lainnya yang dimiliki BI menjadi abadi dan berguna bagi masyarakat. Sehingga segala sesuatu yang dilakukan oleh insan BI berguna untuk edukasi dan pembelajaran, dan nilai sejarah bangsa Indonesia yang dipelihara dapat dirasakan sampai ke jaman cicit buyut nantinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H