Ada sebuah pengalaman ketika berada di Manokwari Papua, seseorang yang kelihatan dari cara berpakaiannya datang dari desa, mendatangi konter HP membeli HP :
Pembeli : maaf sa mo membeli telpon.... eh HP.. ya HP…
Penjual : HP merk apa maunya..?
Pembeli : HP apa saja, yang penting sa bisa bicara sama kawan-kawan
Penjual : oh ada.. Â disini berbagai merk ada, mau yang harga berapa..?
Pembeli : berapa saja saya mau, saya habis jual kayu jadi berapa pun saya bayar..!
Penjual : Ok kalau begitu pakai saja yang ini, bagus warnanya dan baterenya tahan lama
Pembeli : baik saya bayar…! Ini uangnya….
Karena telah mendapat yang diinginkan, serta perasaan senang yang tak terhingga, dan pengetahuannya tentang HP masih kurang, sipembeli tanpa banyak tanya lalu berlari pergi meninggalkan conter HP tersebut. Padahal HP-nya masih dalam kotak pembungkus.
Setelah berlalu tiga hari, sang pembeli datang lagi kekonter HP tersebut dengan wajah yang kusut dan nada bicaranya agak emosi.
Pembeli : Bagaimana ini HP nggak bunyi kok dijual, sa ingin HP yang dapat dipakai untuk bertelepon dan berbicara dengan sa pung kawan-kawan…
Penjual : kemarin waktu bapak beli disini, HP ini belum dicoba dan diberi kartu, ya belum bisa dipergunakan dong…
Pembeli : oh begitu, jadi harus dicoba dulu dan dikasih kartu telepon ya..?
Penjual : iya.. bapak harus beli kartu dan nanti sampai dirumah lansung di charge baiar baterenya penuh.
Pembeli : Ok.. ok kalau begitu, sa beli kartu dan tolong pasangin ya..
Penjual : baik pak….. sambil memasang kartu, mengaktifkan kartu lalu mencobanya… hasilnya pun baik.
Pembeli : Terima kasih Bapak..
Kemudian sang pembeli senang, karena nanti sampai dirumahnya dia yakin dapat menelepon teman-temannya yang selalu ngeledek dan menghinanya kalau dia nggak punya telepon.Sebab setiap waktu panen, ketika dipasar menjual hasil bumi. Teman-temannya bertelepon sambil tertawa sendiri. Dia akan membalas hinaan teman-temannya lewat telepon ini.
Setelah berlalu sampai tiga hari sang pembeli kembali lagi kekonter HP itu. Kali ini bukan saja cuma kusut wajahnya, tapi dia datang membawa kemarahan.
Pembeli : Bagaimana mooo… sa sudah beli kartu, dan kemarin dicoba disini hidup, tapi kenapa sa pakai dirumah kok nggak bisa…..!
Penjual : kemarin kondisinya sudah baik pak… oh ini baterenya low, kan waktu itu saya sudah bilang nanti kalau sudah sampai rumah langsung di charge, biar baterenya penuh dan dapat dipakai untuk ngoblol sama teman bapak lama-lama…
Pembeli : apa itu charge.. sa nggak tahu…
Penjual : charge itu.. menambahkan daya atau mengisi batere menggunakan listrik pak…
Pembeli : dirumah sa nggak ada listrik, jadi sa nggak bisa charge…
Penjual : emang bapak tinggal dimana..?
Pembeli : tinggal ditengah hutan gunung paniai, perjalan kesana  satu hari, disana belum ada listrik..
Penjual : oh digunung itu… kalau gitu disana juga nggak ada sinyal pak…
Pembeli : kalau begitu sa beli juga sinyalnya biar torang bisa pakai ini telpon
Penjual : kalau sinyal nggak dijual pak…
Pembeli : jadi bagaimana ini, berapapun sa bayar tahu kamu.. Sa habis jual kayu banyak uang…! Kalau perlu pasar inipun saya beli…..
Penjual : ya pak….…?!@&?%*+#!!??^#$@*?
Note: Sa = saya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H