Jika bicara mengenai ekspor, kekayaan alam yang dimiliki Indonesia membuat Indonesia cukup terkenal dengan ekspor komoditinya, salah satunya adalah kopi. Siapa sangka berdasarkan data dari International Trade Center, ekspor kopi Indonesia berada pada posisi ke 7 di seluruh dunia, dengan total ekspor $1.03 milyar tahun 2014. Tetapi, jangan senang dulu. Jika dibandingkan dengan nilai ekspor tahun-tahun sebelumnya, tahun 2012 misalnya, nilai ekspor mengalami penurunan, karena pada tahun 2012 total nilai ekspor berkisar $1.25 milyar. Meskipun penurunan ini dapat disebabkan oleh jatuhnya nilai mata uang rupiah, namun, tetap ada kemungkinan akan turunnya jumlah ekspor.
Peluang ekspor kopi Indonesia masih terbilang cukup besar. Berdasarkan data dari International Coffee Organization, jumlah produk kopi Indonesia mencapai angka 621,720 ton pada tahun 2014, berada pada posisi ke-4 setelah Brazil, Vietnam, dan Columbia. Sedangkan, menilik pada urutan ekspor yang ke 7, ekspor Indonesia ini masih dapat ditingkatkan.
Kopi Indonesia memiliki rasa dan nilai tersendiri bagi para pecinta kopi di seluruh dunia. Iklim tropis yang dimiliki oleh Indonesia membuat produk kopi yang dihasilkan memiliki tingkat keasaman serta bau yang “pas” sehingga dapat dihargai dengan “nilai” tinggi, kopi luwak misalnya. Pertanyaan selanjutnya, kepada siapakah ekspor kopi Indonesia di tujukan? Berdasarkan data dari sumber yang sama, mayoritas importir kopi Indonesia adalah Amerika Serikat, Jepang, dan Jerman, dengan mengambil total nilai ekspor sebesar $480 juta, atau sekitar 46.2% dari keseluruhan total ekspor. Hampir 50% ekspor kopi di Indonesia di tujukan hanya ke 3 negara tersebut, yang berarti Indonesia masih memiliki peluang besar untuk meningkatkan kuantitas ekspor ke negara-negara lain. Ingin tahu apa saja negara tersebut?
Korea Selatan
Korea Selatan yang memiliki luas area 100.210 km2 terbilang memiliki lahan terbatas untuk mengolah lahan pertanian. Di samping itu, iklim sup-tropis menyebabkan lahan tersebut tidak dapat ditumbuhi banyak jenis tanaman. Termasuk kopi, Korea tidak dapat menghasilkan kopi, sedangkan konsumsi minuman berkafein ini semakin meningkat dari tahun ke tahun. Korea berada pada urutan ke 7 sebagai negara dengan konsumsi kopi terbanyak di dunia, yaitu sebesar 114,600 ton pada tahun 2014. Dengan mempertimbangkan jumlah populasi 51,448,183 penduduk, berarti setiap individu di Korea Selatan mengkonsumsi sekitar 2 kg kopi setiap tahunnya, dua kali lebih banyak jika dibandingkan dengan Indonesia sendiri yang rata-rata konsumsi kopi per individu hanya 0.9 kg.
Pangsa pasar kopi di Korea masih memiliki prospektif yang tinggi. Tingkat konsumsi penduduk terhadap kopi masih terus meningkat. Konsumen Korea Selatan cenderung lebih memilih meminum kopi dibandingkan jenis minuman lainnya, dengan meraih persentase sekitar 53%, di saat minuman lain seperti susu & coklat dan softdrink hanya memperoleh 10% dan 8% persentase pasar. Untuk Indonesia, di mana mayoritas ekspor produk kopi berbentuk biji, perubahan pola konsumsi kopi yang terjadi di Korea merupakan peluang yang baik.
Jika sebelumnya, di awal pertumbuhan industri kopi di Korea, konsumen lebih banyak mengkonsumsi kopi instan, masuknya budaya barat ke Korea, memberikan pertumbuhan lain bagi pola konsumsi kopi melalui kedai kopi. Terdapat lebih dari 12,000 kedai kopi pada tahun 2014. Terlebih di daerah Seoul, dalam satu jalan, bahkan bisa terdapat lebih dari satu kedai kopi dengan merk yang sama. Tidak hanya melalui kedai kopi, penjualan biji kopi juga dapat menargetkan beberapa perusahaan penyangrai kopi yang memasukkan produknya ke supermarket di Korea. Faktanya, pada sebuah acara expo kopi di Korea, salah satu pengunjung mengatakan bahwa mesin coffeemaker di Korea sudah seperti ricecooker. Terdengar berlebihan memang, namun, setidaknya hampir seluruh kantor, tempat kerja di Korea, baik besar maupun kecil, memiliki mesin kopi. Mesin kopi ini dapat digunakan untuk menghasilkan minuman kopi dari biji kopi yang telah disangrai.
China
Negara kedua yang dapat dijadikan target market para eksportir kopi Indonesia adalah Cina. Meskipun jumlah konsumsi kopi di Cina masih terbilang sedikit, namun budaya minum kopi di Cina sedang berkembang dengan maraknya. Salah satu faktor utama adalah meningkatnya pertumbuhan penduduk berpenghasilan menengah ke atas. Pertumbuhan ekonomi Cina telah mempengaruhi tingkat konsumsi penduduknya, begitu pula pada konsumsi kopi, mencapai digit dua angka di 16%. Selain itu, usia penduduk Cina yang didominasi usia muda juga sesuai dengan konsumen kopi yang menargetkan usia berkisar 20-35 tahun.
Jumlah kedai kopi di Cina tumbuh baik, khususnya pada bagian timur, tidak hanya Shanghai dan Beijing, tetapi juga wilayah berkembang lapis dua seperti Wuhan, Chongqing, and Changsa, di mana wilayah ini mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih maju dibandingkan wilayah lain. Permintaan akan premium kopi terlihat dari menjamurnya beberapa franchise kedai kopi ternama di Cina seperti Pacific Coffee (Hongkong), UBC (Taiwan), dan UNDC (Shanghai), bahkan Starbucks. Meskipun begitu, tidak bisa dipungkiri bahwa konsumsi kopi di Cina masih didominasi oleh kopi instan. Layaknya Indonesia, kemasan kopi 3-in-1 juga banyak digemari penduduk Cina.
Impor kopi di Cina banyak didominasi oleh Vietnam yang memperoleh pangsa pasar 49%, di saat Indonesia berada pada peringkat kedua, 14%. Berbeda dengan Korea, di Cina masih terdapat lahan yang sesuai dan digunakan untuk penanaman kopi, yaitu di daerah Yunan. Berlokasi yang berbatasan dengan Vietnam, Laos, dan Myanmar, daerah Yunan memiliki wilayah yang cukup baik untuk ditanami kopi. Produksi kopi dari negara ini terus meningkat dan menyebabkan Cina berada di posisi ke 14 sebagai negara penghasil kopi, naik 16 peringkat dibandingkan 10 tahun yang lalu. Meskipun demikian, Cina masih merupakan pangsa pasar yang tepat bagi para eksportir Indonesia, dengan mengunggulkan variasi produk premium yang dapat ditawarkan.