Di sebuah kota kecil yang jauh dari hiruk-pikuk perkotaan, tinggallah seorang pemuda bernama Dika. Dika adalah seorang yang terkenal karena selalu sibuk dengan gadgetnya. Baginya, dunia digital adalah segalanya.
Suatu hari, Dika terpesona oleh akun Instagram seorang gadis cantik bernama Maya. Tanpa ragu, dia mengirim pesan langsung, "Hai, aku Dika. Aku suka foto-fotomu!"
Maya yang awalnya terkejut, kemudian membalas dengan canda, "Hei, jangan suka foto-foto saya terlalu cepat, nanti kamu kena tikungan, lho!"
Dari situlah, percakapan mereka berlanjut. Mereka saling bertukar cerita, humor, dan bahkan rahasia. Dika merasa dia telah menemukan cinta sejatinya.
Namun, ada satu masalah kecil: Dika belum pernah bertemu Maya secara langsung. Dia hanya mengandalkan foto-foto Maya di Instagram. Tapi Dika tidak keberatan. Baginya, Maya adalah segalanya, meskipun hanya dalam dunia maya.
Suatu hari, Dika memutuskan untuk menantang Maya untuk bertemu. Dia merencanakan pertemuan romantis di taman kota pada sore hari. Dika berdebar-debar menunggu di taman, sementara Maya mengirim pesan, "Maaf, aku tidak bisa datang. Saya 'offline' karena 'low battery'."
Dika kecewa, tetapi dia tidak menyerah. Dia mencoba lagi, kali ini mengajak Maya untuk bertemu di kafe. "Tidak bisa juga, wifi kafe itu lemah, nanti saya terputus," balas Maya.
Dika mulai merasa jengkel. Dia tidak mengerti bagaimana cinta bisa begitu rumit di era digital ini. Namun, dia tidak menyerah. Dia mencoba satu kali lagi.
"Baiklah, bagaimana kalau kita bertemu di tempat yang tidak ada koneksi internet sama sekali?" tanya Dika putus asa.
Maya terdiam sejenak, kemudian membalas, "Hmm, sepertinya sinyal cinta kita akan lebih kuat dari sinyal internet di sana. Oke, aku akan datang."
Saat hari H tiba, Dika menunggu di halte bus, di tengah hutan belantara. Dia tidak membawa gadget sama sekali. Hanya hati yang penuh harapannya.