Di dalam relung hatiku yang gelap malam,
Bersarang rasa cemburu, bagaikan angin ribut dalam angan.
Kupandang dia, matahari yang bersinar begitu terang,
Tak tahu, tak mengerti, betapa dalam hati, cemburuku bergelora.
Dia adalah bunga mawar, cantik dan berwarna merah,
Sedangkan aku hanya semak yang tenggelam dalam debu.
Cemburu datang bagai badai, menghantam hati ini,
Seakan dia adalah pangeran dan aku hanya tukang sapu.
Rasa cemburu, ibarat api yang membakar dalam dada,
Kadang terasa manis seperti madu, kadang menusuk bagai pedang.
Aku ingin menjadi pahlawan yang mengusirnya pergi,
Namun rasa cemburu tetap hadir, tak terkalahkan oleh upaya ini.
Seperti bulan yang iri pada gemerlap bintang,
Aku iri pada dia yang begitu bercahaya.
Namun, aku tahu, cemburu ini hanyalah bayang-bayang,
Karena dalam hatiku, hanya dirinya yang bersemayam.
Jadi, biarkanlah rasa cemburu ini menjadi pelajaran,
Bahwa cinta kadang-kadang menghantarkan kita pada penderitaan.
Namun aku akan terus berusaha, berjuang untuk lebih baik,
Agar cemburu ini bisa kugantikan dengan cinta yang sejati.
Cemburu, kau adalah temanku yang tersembunyi,
Tapi aku takkan membiarkanmu menguasai diriku selamanya.
Aku akan belajar, tumbuh, dan mencintai dengan tulus,
Hingga cemburu pun akan lenyap dalam sinar kebahagiaan yang abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H