museum yang diadakan oleh Dinas Kebudayaan Yogyakarta. Salah satu destinasi yang saya kunjungi yakni Museum Tani Jawa, nah ini sangat cocok untuk teman-teman yang pengen tahu tentang sejarah pertanian?
Kali ini saya berkesempatan mengikuti Wajib Kunjung Museum, sebuah program kunjunganMuseum Tani Jawa yang ada di Desa Candran, Kebonagung, Imogiri, Bantul Yogyakarta. Museum ini buka setiap hari dari jam 9 pagi hingga 1 siang. Memamerkan alat pertanian tradisional Jawa - khususnya alat pertanian yang dipakai oleh masyarakat di Yogyakarta. Jumlah koleksi mencapai sekitar 200 buah koleksi diantara luku, garu, cangkul, keranjang, lesung, lumpang, sabit, ani-ani, caping, wajan, cowek, kendil, anglo, keren, kenthongan, gosrok, dan lain-lain. Selain melihat koleksi, kita juga akan dimanjakan dengan pertunjukan langsung gejug lesung dan dapat juga mencobanya.
Berada di museum ini kemudian membuat saya tertarik untuk melihat ke belakang tentang sejarah partanian di tanah Jawa. Masyarakat Jawa Kuno sudah mengenal pertanian, bahkan dikatakan bahwa perekonomiannya berbasis pertanian. Hal ini dibuktikan dengan relief-relief yang ada di Candi Borobudur dan prasasti lainnya.
Relief Karmawibhangga Panil No. 65 misalnya. Relief ini menggambarkan sebuah bangunan kecil dengan anjing di bawahnya. Dalam relief ini terpahat dua orang petani sedang menjaga tanaman padi, ladang padi yang diserang hama tikus. Pada sebelah kanan terdapat beberapa orang dalam sebuah bangunan dimana di bagian bawahnya terdapat peti-peti yang mungkin digunakan untuk menyimpan makanan. Pada lantai atasnya digambarkan orang kaya dan beberapa abdinya. Dari relief ini diketahui bahwa telah dikenal tempat penyimpanan makanan dan juga telah dikenal pertanian. Berdasarkan relief tanaman pada Candi Borobudur dapat diketahui berbagai jenis tanaman yang ditanam, diantaranya padi, jagung, pisang, nangka, dan lain-lain. Relief Karmawibhangga Panil No. 122 menggambarkan para petani menuju ke ladang dan menyajikan hidangan.Â
Ada juga Prasasti Balingawan adalah salah satu prasasti peninggalan Kerajaan Medang (Wilayah Kerajaan Medang Kamulan meliputi wilayah Nganjuk di sebelah barat, Pasuruan di sebelah timur, Surabaya di sebelah utara, dan Malang di sebelah selatan) yang diketahui ditulis pada sebuah batu pada tahun 813 saka atau tepatnya bertanggal 13 April 891 M. Menyebutkan pejabat: wariga (ahli perbintangan) biasanya berhubungan dengan hari baik hari buruk untuk memulai sesuatu termasuk memulai bertani, tuhalas: pejabat kehutanan, tuha buru: pejabat yang mengurusi perburuan, u??ahagi; tukang kayu. Dan tentu masih banyak prasasti yang berbicara akan upacara Sima dan sajian skul (nasi) dan hasil pertanian lainnya.
Sejarah panjang sebuah negara agraris.
Sumber referensi: kebudayaan.kemdikbud.go.id; nationalgeographic.grid.id; quipper.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H