Mohon tunggu...
Indra Chanches
Indra Chanches Mohon Tunggu... -

Apa yang tidak baik pada hatimu... itu akan terlihat baik pada seni... Menulis itu hidupku... Cp : @Indra_yadimuin

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

#Cemburu

3 September 2014   21:13 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:43 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

@indra_yadimuin

Dulu, aku seorang suami yang penyayang terutama pada keluarga baik anak maupun istri namun semua seakan sirna ketika kacamata ini memandangi dua orang sedang berpelukan dengan mesra layaknya sepasang kekasih yang baru saja bertemu ditengah keramaian pasar, didepan toko besi aku berdiri memandangi Mereka dengan penuh pilu karena disisi lain wanita yang berpelukan dengan lelaki yang menggunakan jas mahal itu adalah wanita yang dua tahun lalu aku nikahi, wanita yang sekarang telah memiliki dua orang anak bersamaku. Perasaan ini seakan teriris sembilu. Bahkan keping-keping hati ini lebur seketika ditelan Ombak cemburu. Aku berusaha mengontrol emosiku dan aku putuskan untuk tetap diam, meskipun belahan jiwaku telah berpaling.


Semenjak kejadian itu, dirumah aku sering menyiksa kedua anakku, aku sering memarahi istriku tanpa alasan yang diketahuinya. Lipatan dahi ini selalu mengkerut ketika berada dirumah, perasaan ini seperti tidak puas jika tangan ini tak mengayun keras pada salah satu tubuh keluargaku. Aku sempat menggantung “Andi” anak pertamaku di koseng pintu kamar dengan sarung melilit dilehernya dengan alasan anakku tidak mematuhui perintah, bahkan sempat aku memukul “putri” anak keduaku sendiri dengan kayu bakar yang tengah membara hingga membekas dikulitnya sampai sekarang...


***


Pagi itu aku hendak ke tempat kerja “ma aku pergi dulu yah” izinku kepada istri. Namun tetap Hening… tanpa ada jawaban. Aku mengulang dengan sedikit menegaskan suaraku “ maaak aku berangkat dulu”, “ iya pak, hati-hati” jawab istriku dengan kaget…

seketika emosi dan amarahku mulai memuncak. Tak sadar aku mengeluarkan kata “ Udah nggak mau jawab salam dari kuli bangunan yah mak??’’ bukan gitu pak aku lagi mandiin putri” aghh bilang aja udah punya kenalan boss2 jadi malukan ngejawab salamku?? “ jawabku. “bicara apa sih bapak ini” ucap istriku… tanpa mengeluarkan sekatapun kakiku langsung melangkah mengarungi jalan menuju tempat kerja.


***


Siang itu, ditengah teriknya matahari bersamaan dengan cucuran keringat menetes menemani perjalanan pulangku menuju rumah. perasaan ini makin hancur ketika Di depan rumah ada pria yang dulu kulihat bersama istriku… tanpa menghitung waktu aku langsung berlari dan Menampar pipi istriku dengan keras… ternyata lelaki itu berani melerai dan membela istriku… karena terbakar emosi aku langsung menghujaninya dengan beberapa pukulan keras pula. Suasanapun tak terkontrol, tiba-tiba istriku melerai perkelahian dan menjjelaskan bahwa lelaki yang kulawan dan beberapa waktu lalu pernah pelukan denganya adalah ayah kandungnya yang sudah lama terpisah denganya bukan selingkuhannya…
Perasaan menyesalpun datang dari nuraniku… maafkan ayah ya…

--indra chanches--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun