Penulis : @indra_yadimuin
Aku tengah berpikir betapa dalam laut yang dia arungi tanpa adanya aku disana, betapa kencangnya ombak yang membawanya semakin jauh dari pelupuk mata. Aku hanya berharap agar kompasnya tak pernah salah menunjukkan arah kembali pulang ke tempat sunyi ini setelah tugas berlayarnya selesai…
Tiga minggu lalu terakhir aku menatap mata tulusnya,, terakhir kali aku menggenggam tanganya di pelabuhan murhum kota bau-bau. Belum semenit disana, nafasnya sudah menawarkan hembusan kerinduan. Aku tak kuasa menahannya, sebelum dia resmi berlayar tak ingin kulepas dekapanku padanya.
Namanya indra, lelaki yag kutemui didunia facebook dan akhirnya nyata dikehidupanku. Lelaki yang hampir seluruh waktunya disibukkan dengan berlayar. Katanya itu bagian dari tugas untuk menghidupi keluarganya. Yang mana ayahnya telah meninggalkan mereka duluan. Dan aku mesti memahami itu.
Kapan indra pulang? Suara ibu mengagetkanku dari khayalan tinggi yang nyaris sempurna. Khayalan tentang kenangan kenangan indah aku dan indra… “seminggu lagi bu” jawabku sambil membalikkan badan, “cepat beritahu ibu kalau dia pulang yah” serunya. Memangnya kenapa bu??”. “ayahmu ingin bertemu denganya”. “baiklah bu” jawabku.
Aku duduk didepan rumah memandangi mawar yang tak kunjung mekar. Sesekali kualihkan pandang kearah senja. “indra senja ini yang selalu kita rindukan bersama. Cepatlah pulang, aku tunggu dipelabuhan kota,” kataku dalam pesan singkat, dan dengan harapan pesan ini agar pesan ini terbaca olehnya saat kapalnya bersandar entah dipelabuhan mana.
***
Hari ini hari yang kutunggu. Hari dimana indra berjanji untuk pulang. Aku siapkan diriku yang sebentar lagi melepas rindu yang mendalam bersamanya, menghabiskan waktu dipenghujung sore pinggir pantai sambil digelitik angin pencumbu rindu. Aku memejamkan mata sejenak, sempat kusisipkan doa. “semoga kita bias bertemu”
“Hati-hati nak” kata ayah yang sedang mencicipi kopi pahit buatan ibu. “baiklah ayah, aku akan bawa indra kehadapan ayah” kataku dengan semangat. Ayah hanya tersenyum pertanda iya mengiyakan yang kukatakan.
***
Pelabuhan kota ini masih saja sama. Setiap orang dipinggir pelabuhan seakan memupuk rindu entah itu rindu kepada orang tua atau sanak saudara bahkan kekasihnya, yang sama seperti aku.
Berjarak dari beberapa meter dari sandaran kapal, aku menunggu indra sambil menikmati pemandangan gemuruh pelabuhan yang riuh akan teriakan. Satu jam sudah aku duduk disini tanpa balasan pesan singkat dari indra. Aku melihat waktu dijam tanganku. Jam tangan yang diberikan indra kepadaku kala itu , agar aku tak terlambat pulang
***
“aku sudah sampai dirumah” pesan singkat indra tiba-tiba masuk ke inbox ponselku. Tanpa piker panjang aku langsung susul ia kerumahnya. Sepanjang jalan senyumku tak pernah berkurang, kuluruskan rambutku agar terlihat rapi ketika bertemu denganya.
Jalan masuk kelorong rumah indra begitu ramai, seperti ada pesta besar-besaran. Aku putuskan untuk turun dari taksi dan berjalan kerumah indra. “permisi” aku menyelinap diantara lautan manusia berbaju hitam.
“dimana indra, kak??” tangan kakak indra yang dingin langsung kugapai dan kuserbu dia dengan pertanyaan. “masuklah, dia ada didalam”. Baiklah kak, aku masuk dulu” gumamku. Aku sebenarnya menaruh rasa keanehan sejak tadi. Mengapa semuanya berbaju hitam, rasa rinduku pada indra membuatku tidak peduli dengan keadaan sekitar.
Hanya ada peti yang ada didepanku, tidak ada indra, tidak ada kekasihku yang sedaritadi aku tunggu. Sekelilingku hanya bias berkata sabar dan diiringi dengan tangisan merdu. Aku tak berani melihatnya, aku takut apa yang dari tadi kukhawatirkan akan segera menjadi nyata. Aku berjalan mundur perlahan-lahan, tak berani menatap peti itu.
“indra mana kak??” tanyaku sekali lagi. ”dihadapanmu dia telah pulang, beri penghormatan terakhirmu pada indra” katanya.
Seketika menjadi sunyi, pada dasarnya semua memang berasal dari sunyi dan kesedihan. Indra benar-benar pulang. Tapi kompasnya tak tunjukkan jalan pulang padaku melainkan kerahmatullah. Aku tak tahu harus berbuat apa setelah kepergian indra.
“maaf ayah aku tak bisa mengenalkannya padamu”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H