Aku menundukkan kepala dengan leher mengkerut, berjalan dengan penuh keraguan, ketakutan, hati-hati dan detakkan jantung yang rasanyaseakan berada ditengah-tengah pusaran angin kencang.
Berjalan dengan langkah demi langkah, detiik demi detik dan tak jarang pula aku menghitung langkah-langkah dari setiap hentakanku. hentakan yang mengantarkan aku menuju kebahagian, hentakkan yang kadang membuatku salah arah, hentakkan dengan bunyi yang sama ketika aku berada dalam kebaikan serta keburukan. sehiingga terkadang membuatku bingung untuk membedakanya…
Namun sepertinya masalah bukan berada pada bunyi setiap hentakkan itu. Melainkan masalahnya melekat pada diriku sendiri. diriku yang sedikitpun tak pernah terlepas dari situasi tersebut…
Kadang ditengah-tengah perjalanan aku selalu merasa dan bertanya-tanya. Siapa diriku dan siapa aku sebenarnya??... Yang aku tahu, aku berada antara beruntung dan tidak. Atau memang semua orang mengalami kondisii seperti aku? Aku harap begitu…
Aku takut, bahwa aku sendirian. Sendiri dalam menjalani hidup seperti ini dan sepertinya begitu. Karena jika memang ada aku-aku lain selain aku, mereka pasti mengerti tentang siapa aku sebenarnya! Mereka pasti tahu tentang apa yang aku rasakan! Dan mereka pasti datang duduk bersamaku saat ini.
Hhhhhhhhhhhmmmmm,
Aku rasa aku adalah boneka. Boneka yang selalu ingin dimainkan oleh sang pengatur dan dilepas ketika sang pengatur kelelahan, dibahagiakan ketika sang pengatur merasa kasihan, diberi ketika sang pengatur merasa iba…
Aku sadar, jika aku adalah boneka maka sang pengatur lebih besar dari aku, sang pengatur lebih tahu darii yang aku tahu, dan pastinya si sang pengatur lebih ganteng dari aku.
Tapi asal engkau tahu wahai sang pengatur. aku Selalu mengirimkan pesan lewat mimpi dan hembusan angin yang engkau beri… pesan yang berisi tentang kebebasan, pesan tentang kebahagiaan, pesan tanpa beban, pesan tentang apa yang aku inginkan !!
Aku tidak begitu tahu mengenai sisang pengatur itu. Yang aku tahu dia selalu melarangku untuk menoleh keatas, melarangku untuk melihat wajahnya, dan selalu bersembunyi diibalik ketiiadaan.
Terkadang dia suka membuat siboneka ini bingung serta dilemma. tapi aku yakin si sang pengatur tak pernah berniat jahat untukku, tak pernah berniat melahirkanku untuk menjadi pecundang. dari situlah terkadang aku ingin mengucapkan dua kalimat untuk si sang pengatur yaitu “TERIMA KASIH” .
Meskipun aku tak tahu dia siapa, meskipun aku tak tahu dia bagaimana. Tapi Terima kasih atas semua yang telah kau berikan kepadaku “Pengatur”…
Siapapun dirimu, bagaimanapun keadaanmu, dimanapun keberadaanmu. Aku ucapkan Terima kasih. Sekali lagi terima kasih dan Rasa terima kasih ini aku sampaikan sambil berharap bisa membalas budi Padamu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H