Seperti dikutip media, 'gong' dimulai dari pernyataan Bima Arya yang menantang Ganjar-Ridwan Kamil berpasangan memimpin Indonesia mendatang. Ini disampaikannya dalam Forum Y20 di Solo, Jumat (28/10/2022) lalu.
"Kang Emil ini keluarganya pesantren, dekat dengan pondok pesantren. Mas Ganjar aktivis nasional, beda tetapi saling melengkapi," kata Bima Arya, sebagaimana ramai dikutip media.
Bima Arya juga menyebut, Ganjar dan Ridwan Kamil saling melengkapi. Ganjar merupakan etnis Jawa, sedangkan Ridwan Kamil yang akrab disapa Kang Emil merupakan etnis Sunda.
Entah sudah direkayasa sejak lama, pernyataan Bima Arya lantas saja disokong oleh Zulkifli Hasan, ketua umum PAN. Zulhas menilai duet Ganjar Pranowo-Ridwan Kamil jika dipasangkan akan menjadi calon presiden dan calon wakil presiden yang sudah terbukti kapasitasnya karena berpengalaman sebagai kepala daerah.
Meski diragukan banyak orang dan kalangan, namun apa yang disampaikan elit PAN dan PPP disebut-sebut bisa menggoyahkan keutuhan KIB. Pasalnya, KIB selama ini bertekad untuk mengusung calon dari kalangan internal, setidaknya untuk capres.
Apalagi, Airlangga Hartarto kemudian juga menyanggah klaim adanya dukungan dari KIB. Seperti dikutip berbagai media, menurut Airlangga, omongan itu hanya berdasarkan klaim PAN semata.
"Ya, itu kan katanya PAN," kata Airlangga di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (31/10/2022) kemarin.
Airlangga menyebut kalau KIB akan menggelar forum di Makassar, pekan depan, untuk membahas tindak lanjut dari Golkar, PAN, dan PPP. Menurutnya, ketiga partai akan saling mendengarkan rekomendasi pada forum tersebut. "Di situ akan dengarkan kembali," ucapnya.
Seperti diuraikan di atas, pakar psikologi politik UNS Abdul Hakim punya pandangan berbeda. Menurut dia, mengusung pasangan Ganjar-RK lewat KIB sangat mungkin bisa menemui hambatan. Pasalnya KIB saat ini memiliki sosok yang dianggap berpotensi menjadi capres.
Sosok itu adalah Airlangga Hartarto. Partai Golkar sudah sejak awal memutuskan ketua umumnya tersebut sebagai capres untuk Pilpres 2024, bukan cawapres. Kata Abdul Hakim, adalah juga kombinasi yang tepat untuk menduetkan Airlangga Hartarto dengan Ganjar.
Masalahnya, Ganjar bisa mendapat 'musibah' dari partainya, PDIP. Sementara, di sisi lain, RK bisa lebih mulus melenggang karena kesiapannya bergabung dengan Golkar.