PAPARAN ini masih terkait hasil survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS), yang menunjukkan Golkar menjadi partai yang paling populer bagi pemilih muda. Wakil Ketua Umum Partai Golkar Nurul Arifin menyebut meski jadi partai tertua di Indonesia, ternyata Golkar masih nyambung dengan anak muda. Tak pelak, Nurul Arifin mengapresiasi hasil survei lembaga berpengaruh tersebut. Ini sekaligus membuktikan bahwa apa yang selama ini diperjuangkan Golkar juga diterima oleh para pemilih muda.
Apa yang disampaikan Wakil Ketua Umum Golkar Bidang Kominfo itu, sebagaimana dikutip media, tidak berlebihan. Nurul Arifin yang juga anggota Komisi I DPR RI itu punya sejumlah contoh bagus. Partai Golkar dalam Pilkada 2020 lalu menjadi partai penyumbang kader muda terbanyak. Nurul menyebut ada 60 kader yang didorong Golkar maju di Pilkada 2020 lalu.
Hasilnya, 25 di antaranya berhasil lolos atau menang di Pilkada, baik menjadi kepala daerah maupun wakil kepala daerah. Sementara, di jajaran anggota DPR, dari 10 anggota termuda, Golkar juga menempatkan tiga anak muda, yakni Puteri Komarudin, Dyah Roro Esti, dan Adrian Jopie Paruntu yang saat terpilih masih berusia di bawah 27 tahun.
Masih mengutip keterangan Nurul Arifin, pada jajaran Ketua DPD provinsi, ketua-ketua di fraksi Golkar, juga banyak diberikan kesempatan kepada anak-anak muda. Nurul mengurai sejumlah nama, seperti Meutya Hafid, Ace Hasan Syadzili, Melki Laka Lena, Sarmudji, Adies Kadir, Maman Abdurachman, dan Ahmad Doli Kurnia.
Terbaru, Golkar kemungkinan besar akan mengajukan Airin Rachmy Diani sebagai cagub pada Pilkada Banten mendatang. Mantan wali kota Tangsel dua periode itu sebelumnya diwacanakan menjadi calon pemimpin ibu kota Jakarta pada Pilkada serentak 2024.
Sebagaimana dipaparkan sebelumnya, hasil survei CSIS mewujudkan target Golkar yang sejak lama mencanangkan untuk lebih menggaet pemilih milenial. Target menggaet pemilih muda ini tidak hanya untuk jangka pendek, tetapi jangka panjang. Ini dinilai sebagai sebuah langkah maju untuk Golkar.
Diyakini bahwa kalangan milenial atau anak muda adalah pemilih yang prospektif, sehingga partai yang serius menggarap dan menyasar segmen pemilih ini bisa menjadi partai masa depan. Golkar kelihatan menyadari betul tantangan tersebut, sehingga ikhtiar dan usahanya dalam menggarap potensi pemilih milenial terbilang bagus.
Kalangan milenial ini termasuk segmen pemilih yang sulit permanen, tetapi jumlah mereka signifikan. Dengan membersamai kelompok milenial ini, tentu Golkar punya peluang untuk bisa mendekat dan memahami kebutuhan mereka sesuai tantangan kekinian.
Kerja menggaet pemilih milenial ini untuk Golkar tidak hanya berdimensi jangka pendek, tetapi juga akan berdimensi jangka panjang. Minimal akan menjadi investasi jangka panjang.
Milenial urban adalah kekuatan pemilih masa depan, sehingga jika Golkar serius menggarap segmen ini, maka potensi untuk menjadi partai masa depan masih terbuka lebar. Di samping itu, sebagaimana diyakini para pengamat, kelompok-kelompok dan komunitas-komunitas modern berbasis dunia maya memang cair dan dinamis. Kita ketahui, kerapkali aksi dimulai dari soliditas dari media sosial, karena viral dan menjadi perhatian banyak orang.
Jika ada partai yang mau membersamai mereka di dunia maya, maka potensi klik dunia maya dan aksi akan kian besar dan terbuka. Komunitas-komunitas tersebut relatif cair, sehingga butuh sentuhan khusus.