Lahirnya gerakan mahasiswa merupakan sebuah peta perjuangan dalam mewujudkan cita-cita negara demokrasi. Dalam sejarahnya gerakan mahasiswa menjadi catatan penting terkait perjuangan bangsa Indonesia. Tahun 1998 gerakan mahasiswa menjadi sebuah momentum dimana mahasiswa berhasil menurunkan rezim otoriter selama 32 tahun berkuasanya Soeharto.
Sebuah gerakan mahasiswa akan tetap muncul sejalan dengan perkembangan zaman. Namun demikian, munculnya gerakan mahasiswa bukanlah sebuah gerakan entitas yang sama atau ada dalam satu komando. Menurut pandangan penulis sebuah gerakan mahasiswa akan muncul secara spontan serta terorganisir ketika melihat sebuah kebijakan negara yang multidimensional dan akan menimbulkan propaganda terhadap poin penting kebijakan negara.
Dewasa ini, gerakan mahasiswa masih sangat diperlukan, mengingat belum lama ini muncul sebuah kebijakan negara dimana dinaikkannya harga bahan bakar (BBM) bersubsidi secara sepihak. Kebijakan pemerintah tersebut menuai protes dari berbagai kalangan terutama mahasiswa, karena efek domino yang ditimbulkan akibat kenaikkan harga BBM, seperti naiknya sembako dan ongkos transfortasi umum.
Pemerintah berdalih bahwa dengan menaikan harga BBM akan bisa menyelamatkan dana APBN yang banyak terpakai untuk subsidi BBM agar bisa dialihkan ke sektor lain, yaitu pembangunan infrastruktur. Namun sayangnya, pembangunan infrastruktur yang dijanjikan kurang tersosialisasikan kepada masyarakat, karena faktanya, dampak kenaikan BBM sudah dirasakan oleh masyarakat. Fenomena ini akan mempersulit masyarakat kalangan bawah dalam memenuhi kebutuhannya. Maka, dalam hal ini, jelas presiden telah melanggar dari tugas negara dalam mensejahterakan rakyatnya.
Ironisnya, kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM pun tidak rasional, dimana kebijakan ini dibuat ketika harga minyak dunia sedang turun. Cerobohnya lagi kebijakan itu ditetapkan tanpa adanya kordinasi dengan DPR yang notabennya sebagai kepanjangan tangan rakyat. Maka, menjadi wajar muncul gerakan mahasiswa menolak kenaikan harga BBM. Berbagai macam metode yang dilakukan oleh gerakan mahasiswa dalam menolak kenaikan BBM, mulai dari aksi demonstrasi damai, audiensi, diskusi, sampai pada penyebaran pers release kepada masyarakat. Hal ini bertujuan untuk bisa membuat pemerintah meninjau ulang terhadap kebijakan menaikan BBM. Sebab, sebuah kebijakan negara tidak akan bisa bertahan ketika banyak perlawanan dari masyarakat sebagai pelaku negara.
Perlawanan mahasiswa merupakan bagian dari perwujudan civil society, karena mahasiswa lahir dari masyarakat. Menurut Eisenstadt civil society adalah suatu masyarakat baik secara individual maupun kelompok dalam negara yang mampu berinteraksi secara independen (Affan Gaffar 1999:181). Gerakan civil society yang dilakukan mahasiswa adalah sebagai mediator antara pihak kekuasaan yaitu negara, pihak ekonomi yaitu swasta (pengusaha), dan pihak menengah kebawah (rakyat). Mahasiswa adalah sebagai representasi dari rakyat kelas menengah, karena pendidikan yang mereka peroleh adalah wujud dari sebuah keberdayaan mereka untuk bisa membantu mensejahterakan rakyat dan sebagai penentu opini-opini serta kebijakan yang berkembang dalam pemerintah maupun lingkungan sosial.
Jadi jelas bahwa apapun kebijakan negara terhadap masyarakat itu harus selalu di kawal secara ketat. Peran penting gerakan mahasiswa sangat menentukan terjadinya perwujudan masyarakat madani yang di cita-citakan negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H