Diatas tangan-tangan usil penuh keserakahan
Aku diperebutkan padahal Kau sudah melimpah
Bagi engkau Aku lah ukuran kekayaan
Potong tangannya
Melengking seruan petinggi negeri
Dosa yang harus ditanggung adalah kesengsaraan
Tangan yang dipakai untuk merampas
Sepuluh jari,
Tidak,
Dari pergelangan tangannya harus hilang pula
Apa yang terjadi?
Saat perkataan menjadi boomerang
Hukum di negeri ini adalah sanksi jeruji besi
Kau bilang tidak pernah berkicau seperti itu
Jika saja urat malumu masih ada
Sanak keluarga enggan mengenalimu
Hukumanmu adalah menonton balap mobil di negeri tetangga
Lihatlah mereka yang mengumpulkan Aku
Dengan tenaga dan segala daya
Bukan satu koper yang berisi uang tiga miliyar
Receh demi receh seratus rupiah
Itu semua hanya untuk menegakkan punggung
Sementara kau yang disana
Merampas aku dari mereka
Kau tahu, punggungmu sudah tegak, lihatlah
Aku dari mereka, untuk mereka
Bukan untuk Kamu
Jangan kau ambil Aku
Untuk membeli kotak-kotak besi mewah yang tak berguna
Biarkan Aku mengalir menurut jalannya
Jangan kau hentikan ditengah jalan
Tanpa dosa kau putus urat malumu
Gembira meski kau tahu mereka butuh Aku
Kau rampas Aku
Aku menjerit saat tanganmu memegang Aku
Kau tau, Kau adalah panutan di negeri ini
Aku dibutuhkan banyak orang
Bukan cuma kamu
Kamu tidak pernah menghargai Aku
Kamu hanya ingin merampasku dari mereka
Jangan kau ambil AKU,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H