Mohon tunggu...
Tazkiya Layyin Qolbi
Tazkiya Layyin Qolbi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Jurusan Psikologi UIN Jakarta

Ungraduate Student

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mental Contrasting: Sebuah Penggabungan Pola Pikir Positif dan Negatif

11 Desember 2024   18:23 Diperbarui: 11 Desember 2024   18:23 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak konten mental health dan self development yang selalu mengutamakan untuk berpikir positif. Seperti yang kita ketahui, berpikir positif memang mendatangkan banyak hal baik untuk kita. Contohnya seperti tumbuhnya motivasi agar menjadi lebih baik, meredakan rasa khawatir kita, dan hal positif lainnya.

Namun, pernahkah kalian merasa kecewa saat kalian selalu berpikir positif tetapi hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan harapan kalian? Kekecewaan tersebut biasanya terjadi karena realita yang kita dapatkan tidak sesuai dengan ekspektasi yang kita bayangkan saat berpikir positif.

Nah, untuk meminimalisir rasa kekecewaan tersebut, biasanya penulis akan berpikir negatif dengan membayangkan hal-hal buruk yang mungkin saja terjadi. Penerapan pola pikir yang seimbang antara positif dan negatif dikenal sebagai mental contrasting.

Mental contrasting merupakan sebuah hasil riset penelitian dari seorang profesor psikologi di Universitas New York dan Hamburg, Gabriele Oettingen. Mental contrasting mengajarkan kita untuk berpikir seimbang; pemikiran ini membantu kita untuk mengidentifikasi hal negatif yang mungkin muncul ketika melakukan sesuatu. Sehingga kita tidak hanya berfokus ke hal yang menyenangkan saja, kita juga fokus untuk menghindari dan mengantisipasi kemungkinan hal buruk yang akan terjadi.

Manfaat yang didapatkan melalui cara berpikir ini pun sangat beragam. Dengan mental contrasting, kita akan merasakan ketenangan karena stres dan kecemasan berkurang setelah mengetahui kemungkinan hambatan yang akan terjadi. Motivasi yang muncul saat menerapkan pemikiran ini juga membuat kita bersemangat untuk meraih tujuan.

Jika kalian masih bingung bagaimana memulai pemikiran ini, Oettingen mempunyai metode yang bisa diterapkan untuk melakukan mental contrasting. Metode ini adalah WOOP, yang terdiri dari empat langkah yaitu:

dokumen pribadi.
dokumen pribadi.

W-Wish

Pada langkah ini, tetapkanlah apa tujuan yang kalian ingin capai.

Contohnya: 

  • Saya ingin mendapatkan nilai 100 saat ujian matematika nanti.
  • Saya ingin turun 5 kg dalam sebulan.
  • Saya ingin bangun pagi setiap hari.

O-Outcome

Langkah kedua, bayangkan apa yang kalian rasakan ataupun apa yang kalian dapatkan jika tujuan kalian tercapai.

Contohnya:

  • Saya akan merasa lebih percaya diri akan kemampuan matematika saya.
  • Saya akan merasa lebih percaya diri dengan penampilan saya.
  • Saya akan merasa lebih produktif.

O-Obstacle

Langkah selanjutnya adalah memikirkan apa saja hambatan yang akan terjadi ketika kalian ingin mencapai tujuan. Hambatan ini bisa berasal dari luar (misalnya: kekurangan dana, dll) ataupun dari diri sendiri (misalnya: malas).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun