Mohon tunggu...
Tasir
Tasir Mohon Tunggu... Lainnya - Penjelajah sunyi

Belajar dari kalian semua~

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sumur Keramat (Cerita Santri)

23 April 2019   22:00 Diperbarui: 23 April 2019   22:16 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"wahid, isnain, tsalaasa.."

Sore biasanya menjelang magrib kalau mudabbir sudah datang dan menghitung begitu sampai sepuluh, siap-siap sudah. Barangkali yang baru datang mandi langsung asal-asalan yang penting asal badan tersiram sajalah. Bagi yang mandinya tidak selesai-selesai alias baru datang dan baru tersiram setimba air dan belum tersentuh sabun sedikitpun, aduh maka rasakanlah cubitan-cubitan mudabbir yang galak itu.

Ada yang bilang "sumur keramat" karena biasanya kalau lewat sumur itu tengah malam tiba-tiba ada yang melihat sesosok perempuan lagi mencuci katanya. Menurut versi santri lainnya, kadang juga hanya terdengar suara orang sedang mencuci atau mandi. 

Sosok penampakannya sendiri beragam, kadang dengan tampilan rambut hitam panjang dan jubah putih yang sampai menutupi kaki atau kadang juga hanya sosok hitam seperti baying-bayang. Hii.., cerita itu saja kadang sudah cukup untuk bikin saya merinding kalau lewat sumur itu tengah malam.

Tapi tidak kalah heboh juga kalau sedang hujan deras,karena disinilah sisi lain dari sumur ini terlihat. Kadang sambil main hujan sumur ini justru jadi tempat ajang lompat indah untuk santri-santri berandal. 

Saya pun termasuk jajaran pelompat indah terbaik waktu itu. Aturan mainnya sederhana, jangan sampai ketahuan oleh mudabbir. Ketahuan sedikit saja, minimal rambut dikepala jadi taruhannya (dengan kata lain botak).

Walaupun seperti itu, sensasi yang kami rasakan tidak kalah luar biasa.saat-saat dimana kaki mulai melompat lepas dari pijakan dan melayang diudara lalu terjun bebas masuk kedalam sumur. Byuurr.. jauh masuk kedalam sumur menembus air. Tenggelam dan kemudian muncul beberapa saat kepermukaan.

"Kau lihat itu bung, lompatan terdahsyatku."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun