Ketika memasuki bangku sekolah pernahkah teman-teman diberikan suatu studi kasus yang mengaharuskan teman-teman untuk menganalisis suatu kasus tersebut? Dan ketika teman-teman bertanya seperti apakah caranya menganalisis itu seperti inikah jawaban pendidik teman-teman?
Pendidik : anak-anak sekarang silakan kerjakan analisis studi kasus hal 99!
Jona : analisis itu seperti apa ya Pak?
Pendidik : misalkan saja, kalian setuju atau tidak setuju dengan kasus yang ada di buku tersebut.
Jona : jadi setuju dan tidak setuju saja ya Pak?
Pendidik : ya berikan alasan kalian.
Pernahkah teman-teman?
Jikalau pernah, berarti teman-teman sedang mengalami krisis paradigma. Bagaimana tidak? Paradigma berdasarkan KBBI disebut juga sebagai kerangka berpikir. Menganalisis sesuatu merupakan suatu kegiatan atau proses yang menggunakan kerangka berpikir kita, bagaimana kita menilai, memandang, bersudut pandang tentang sesuatu, ketika kita pertama kali dikenalkan dengan menganalisis sesuatu kita hanya dihadapkan pada dua hal, setuju atau tidak kah kita dengan kasus atau peristiwa yang ada. Tidakkah hal tersebut berdampak pada kita kedepannya? Jelas hal terssebut berdampak. Ketika kita menghadapi masalah dalam kehidupan kita saja biasanya kita tidak akan terlepas dari “ini aku banget” dan atau “ini bukan aku banget”. Kecondongan pada suatu hal untuk mendikotomikannya. Efeknya apa? Banyaknya permusuhan yang disebabkan pro dan kontra. Jikalau saja paradigma kita tidak diaborsi dengan kata setuju atau tidak setuju dimasa kita pertama kali dikenalkan, tentunya masyarakat kita akan lebih bijak dalam menanggapi suatu hal. Tidak hanya terpaku pada setuju atau tidak dan dikotomi lainnya, namun jalan tengah penyelesaian. Semoga bermanfaat. Salam hangat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H