Mohon tunggu...
Tayuh Mustikasari
Tayuh Mustikasari Mohon Tunggu... -

simple person with her psychology live

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Proposal Juga Minta Komitmen, tak Hanya Pasangan

18 Maret 2015   22:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:27 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Malam ini Tini sedang berbunga-bunga karena tema proposalnya telah di ACC oleh dosen pembimbingnya, berbagi kebahagiaanlah Tini pada kekasihnya, bbm pun mulai ia sambut, “Sayang, alhamdulillah tema proposal aku di ACC dosen, yeyeye.” Drrrrtt..drrrttt... cntiiinggg.. bunyi bbm masuk. Balasan dari kekasih yang Tini nanti, “Wahh, Alhamdulillah, semangat ya sayang ngelanjutin proposalnya.....” dengan sigap Tini membalas bbm kekasihnya, “makasiah sayaang, hehe...” Tak terasa saking asiknya bbman dengan kekasih dan teman-temannya, Tini lupa ngelanjutin proposalnya hingga larut malam, dan akhirnya Tini kelabakan untuk membuat ide lanjutan tentang proposalnya.

Keesokan harinya, Tini ke kampus seperti biasa, bertemulah ia dengan teman-temannya. “Tin, gimana progres proposal kamu?” “ Ya, alhamdulillah uda di ACC dosen, kamu gimana Nit?” “Alhamdulillah kelar di ACC uda mulai penelitian Tin, kamu gimana?” “hehe, belom ngelanjutin Nit.” “Waah, buruan dikelarin Tin, tar keburu malesnya dateng loo..” “hehe, iya NIIt siap!” Kelar kuliah Tini asik-asik tiduran dan hingga kesorean, sehabis magrib Tini membeli makan bersama teman kost nya dan berlanjut jalan-jalan dengan temannya.

Sesampainya di kost, waktu sudah terlalu larut untuk mengerjakan tugas, Tini pun melewatkan satu hari lagi untuk menunda kelanjutan proposalnya. Begitu sudah lewat satu minggu, Tini harus beremu dosen pembimbing dan ditanya tentang progres penelitiannya. Tinipun mendapat teguran dari dosen, ia merasa menyesal karena telah mengabaikan proposal yang membuat ia terlalu senang.

Di malam harinya Tini mulai merenungi lagi apa yang selanjutnya harus ia perbuat dengan proposalnya. Ia mulai mengingat lagi masa-masa yang harus ia tapaki dengan kekasihnya ketika telah memutuskan untuk berkomitmen. “Nah! Iya komitmen! Ini yang belum aku terapin diproposal penelitianku! Duuuhh, kok bisa aku kelewatan hal sepenting ini??? Bersambung.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun