Mohon tunggu...
tauvikel
tauvikel Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Sedang belajar menulis, aktifitas sehari hari bekerja di kantor swasta, kegemaran membuat doodle, coret coretan, gambar tidak bermakna

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku di TV...

12 Agustus 2014   19:37 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:44 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1407821477665702473

[caption id="attachment_337753" align="aligncenter" width="300" caption="merayakan dangdutan-tauvik el leyak"][/caption]

Hari ini aku terlewatkan melihat matahari sore dari tempat parkir lantai 6 tempatku bekerja. Aku juga tidak merasakan matahari siang , istirahat makan siangku hilang begitu saja dimakan pekerjaan. Pekerjaan seperti monster pemakan waktu, datang membayangi lalu memaksaku menurutinya dan tiba tiba waktu menghilang. Setelah pekerjaan hari ini selesai aku pun mengiyakan ajakan temanku untuk menonton ‘dangdutan’ di THR Sriwedari, tempat terbaik untuk para pecinta dangdut di kota Solo. Aku sebenarnya ingin segera pulang, bermain bersama anaku dan mengobrol apa saja dengan istriku. Biasanya sepulang kerja, lelah pekerjaan akan hilang setelah sampai di rumah bertemu anak (anak tetangga yang masih ABG dan suka dengan om om yang akan menyapa…”pulang om..cussss”). Ajakan temanku dan hari yang melelahkan ini merayuku untuk sejenak melepas lelah.

Aku bukan pecinta dangdut 100%, tidak bisa dipungkiri hanya para penyanyinya yang mempunyai aneka goyangan yang menahan mata untuk melihatnya di TV dan banyak penyanyi cantik yang mungkin dalam hati mereka tidak rela bernyanyi dangdut tapi melakukannya untuk popularitas atau untuk mencari uang dan munculah nama nama aneh seperti, Duo walang sangit, Duo gunung kembar, Yessy Vibrator beserta goyangannya yang juga aneh, goyang itik, goyang walang sangit, mungkin akan keluar goyangan seperti menu makanan, goyang kepiting rebus yang gerakannya seperti kepiting hidup hidup tengah direbus meramba berjalan miring mencoba menghindar dari panas, kalau aku membayangkan penyanyi dangdut bisa seperti boyband yang bisa melakukan gerakan salto sambil bernyanyi, mungkin bisa diberi nama goyang roket, jenis goyangan itu pasti akan snagat berbeda dan sulit ditiru oleh penari lainnya.

Teman yang mengajaku juga tidak suka dangdut, biasanya kami hanya berdiri di belakang dan pertama kalinya kami akan menebak pembawa acaranya siapa dulu sebelum penyanyinya keluar. Pembawa acara konser dangdut itu seperti MC acara tinju..yang maskulin dan nada teriakannya seperti memanggil petinju, “kita tampilkan dari daratan kota Ngawi…kita sambuuttttttttt Duooooo Sancaaaaaaa !!!!!!”. maka tidak heran kalau akhirnya kadang penonton tinju pun berantem karena salah joget. Penyanyi dangdut juga suka berbohong dengan kostumnya, karena mereka selalu memakai celana pendek di balik roknya, untung saja tidak ada penyanyi yang ngefans sepak bola, bisa saja mereka memakai celana seragam sepak bola di balik roknya dan penonton pun kecewa.
Malam itu aku dan temanku lumayan terhibur dengan para penontonnya, goyangan mereka juga aneh aneh, ada yang hanya berdiri menggerakan lututnya ada yang seperti sedang ber pogo punk, ada yang mengenakan helm dan memakai mantel hujan padahal malam itu terang, ada wanita berpakaian koboi dengan baju kotak kotak, celana jeans yang dibalut dengan stocking jala. Aku yang awalnya hanya menonton untuk menghibur pelan pelan terasuki alunan gendang dan ketipung. Tiba-tiba jari jemariku bergerak gerak pelan tidak bisa kuhentikan.

Penyanyi bernama Titin dari Langit dengan goyang halilintar membawakan lagu lagu dangdut hits yang tanpa aku mau sudah terlebih dahulu menyerang telinga entah dari tv entah dari video di bis-bis. Aku seperti tertarik, melepas sweater, membuka kemeja kerjaku dan setengah berlari menyeruak ke kerumunan, menggoyangkan 2 ibu jariku, dan mengayun badan dengan lembut tapi terus menerus. Semua anggota badanku serasa ditik alunan musik dangdut yang mendayu ndayu dan suara seruling seperti menarik nalar yang biasa bisa memunculkan rasa malu. Naluri lepas, monster bernama pekerjaan yang membayangiku terpelanting jauh karena goyangan badanku yang meliuk liuk dan beban pekerjaanku perlahahan lahan lepas mengikuti suara khas ketipung bertempo “koplo”. Aku pun tenggelam lagu demi lagu sampai lagu terakhir selesai dan pembawa acara dangdut yang bersuara seperti pembawa acara tinju berteriak lantang dari balik kumis melintangya, menyadarkan aku dan tiba tiba aku merasa malu pada diriku sendiri. Aku sudah bergoyang dangdut.

Senyap malam aku pulang diringi bau minuman keras bercampur keringat dan farhum murahan. Aku lelah dan ingin tenggelam di tempat tidur dan ingin beruntung bisa direngkuh istri dan anaku. Sesampainya di rumah aku mengetuk pintu rumah. Tidak berapa terdengar gerendel pintu dibuka, ketika aku hendak masuk, istriku menahan pintu rumah, katanya “buka sithik joss”.

“Mamaa..”aku terkejut setengah mati, darimana istriku tahu, belum aku bertanya istriku berkata lagi “Papa keluar di TV, goyang di atas panggung…penyanyinya seksi ya…,Aku lihat sama Adik… buka sithik joss Pa..pintunya juga buka dikit saja, Papa tidur di luar..”. Aku tidur di luar, pintu rumah dikunci lagi, samar samar terdengar suara anaku mengeja huruf dengan ejaan yang berbeda “A…Beee…Cee…Dee..Eeeeeeeeeeeee Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa” diakhiri dengan nada dangdut setelah dari huruf E kembali A
“Hushh..Adik liat Sponge Bob saja” kata Istriku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun