Mohon tunggu...
Iqbal Tawakal
Iqbal Tawakal Mohon Tunggu... Konsultan - Rumah Perubahan

Siang Konsultan. Malam Kuli Tinta Jadi-Jadian

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Siapa Suruh Datang Jakarta

28 Juli 2015   14:35 Diperbarui: 11 Agustus 2015   20:50 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari raya telah berakhir. Masyarakat ibu kota telah kembali ke rutinitas hariannya setelah menikmati libur panjang lebaran. Jakarta kembali ke fitrahnya. Macet, polusi udara, dan suara klakson kendaraan bermotor kembali mengangkasa. Cerita lain yang mewarnai kembalinya geliat warga ibu kota berasal dari sekumpulan orang, yang kita sering menyebutnya sebagai pendatang.

Pendatang di kota-kota besar adalah hal lazin yang terjadi setiap tahun. Pendatang mengikuti arus balik warga ibu kota dari desa-desa di seluruh penjuru tanah air. Kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan menjadi tempat yang paling digemari keluarga pendatang. Tujuannya satu, memperbaiki nasib keturunan dengan iming-iming kehidupan yang lebih baik di ibu kota.

Menurut data kependudukan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, ada sekitar 70 ribu pendatang baru hadir di Jakarta seiringan dengan berakhirnya masa libur lebaran tahun 2015. Jumlah pendatang ini meningkat dari tahun sebelumnya yang berkisar pada angka 68 ribu jiwa.

Jakarta kini

Ada gula ada semut. Ungkapan tersebut kiranya tepat disandingkan dengan geliat urbanisasi di kota-kota besar di Indonesia. Kisah-kisah sukses sanak famili yang pulang merantau dari kota menjadi doktrin acak, motivasi, dan inspirasi masyarakat desa untuk dapat sekedar memperbaiki hidup. Tanpa persiapan apapun, dengan modal nekat, para pendatang baru berbondong-bondong menyerbu ibu kota.

Harapan untuk memperbaiki nasib di ibu kota tidak selalu berjalan dengan mulus. Para pendatang yang nekat umumnya tidak memiliki pekerjaan dan keterampilan khusus. Data Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta menunjukkan bahwa angka pengangguran di Jakarta melebihi angka pengangguran nasional. Pengangguran di Jakarta tahun 2014 sudah mencapai angka 9.86 persen, melebihi angka pengangguran nasional yang tidak mencapai 6 persen.

Selain itu, Jakarta juga dinobatkan sebagai kota paling tidak aman sedunia. Jakarta menempati urutan pertama dari sekitar lima puluh kota besar lain di dunia berdasarkan survei yang dilakukan oleh Economist Intelligence Unit tahun 2015. Tingginya angka kriminalitas dipersepsikan sebagai dampak dari rendahnya angka kesejahteraan sosial di Jakarta. Jelas bahwa kehidupan di ibu kota tidak semudah dan semulus yang diperkirakan.

Kenaikan jumlah penduduk yang berasal dari urbanisasi tidak diiringi dengan meningkatnya angka kesejahteraan dan produktivitas masyarakat itu sendiri. Selain itu, sulitnya mendapat tempat tinggal di Jakarta menimbulkan stigma pragmatis warganya akan tempat tinggal. Bantaran sungai pun menjadi alternatif untuk berlindung dari panasnya siang dan dinginnya malam ibu kota. Tidak heran jika ibu kota tidak pernah lepas dari masalah banjir tahunan. Krisis lingkungan akibat kebiasaan buruk warga ibu kota selalu menjadi ancaman.

Pandangan umum menganggap sepahit-pahitnya hidup di kota masih lebih manis ketimbang hidup di desa. Maka pemerintah tidak sepatutnya melarang warga desa untuk datang ke ibu kota selama pundi-pundi perekonomian nasional masih berada di satu titik, yaitu Jakarta. Dalam kondisi dan ancaman persoalan sosial apapun, warga desa akan tetap datang ke Jakarta. Maka kita hanya bisa bersenandung “Siapa Suruh Datang Jakarta?.”

 

MOCHAMMAD IQBAL TAWAKAL

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun