"Tung tung tung tung tung... tung tung tung tung tung.."
HP saya berbunyi. Saya lihat ada gambar dua keponakan saya yang masih kecil-kecil. Saya terkejut. Segera saya sentuh simbol video di layar HP saya. Fasta dan Idea, keponakan saya yang di Malaysia. Mereka mengajak saya bercanda melalui video call.
Pagi tadi saya baru selesai mandi. Baru memakai celana dan kaus kutang. Saya pun percaya diri dan mencoba ngobrol dengan keponakan saya. “om Opiiik..” kata Fasta menyapa saya. Saya tidak paham bahasa Malaysia. Sepertinya mereka yang menyesuaikan untuk berbicara bahasa Indonesia. “om Opik udah makan? Om Opik udah makan?” begitu sapa mereka. “fasta kangen om Opik..” begitu lanjutnya. Saya membalas senyumnya. Ya Allah, mereka imut sekali.
“om Opik belum makan sayang.. om baru mandi. Baru mau sarapan lalu kerja.”
“jangan lupa makan om Opik..” begitu lanjutnya. Fasta dan idea melambaikan tangan. Saya tersenyum. Senang bercampur sedih. Senang karena keponakan saya yang jauh di sana sudah tumbuh cantik-cantik dan lucu-lucu. Mereka sehat dan ceria. Sedih karena saya belum bisa mengunjungi mereka ke Serawak sana.
Lalu di layar HP saya muncul gambar perempuan dewasa. Iya, dia ibu Fasta dan Idea, kakak perempuan saya. Matanya berkaca-kaca. Seperti kesulitan menyembunyikan kesedihan karena terdorong rasa rindu yang kuat menyeruak. Ia melambaikan tangannya. “om Opik kapan maen ke sini?” katanya memanggil saya om membahasakan anaknya. “Fasta sayang om Opik..” tambahnya. “om juga sayang Fasta. Sekolah yang pinter yaa..” Sontak dada saya sesak. Sejak Fasta dan Idea lahir saya belum pernah mencium pipi mereka. Belum pernah membelikan mereka mainan. Belum pernah menggendong. Kini fasta sudah hampir 7 tahun dan idea sudah hampir 5 tahun. Dan saya belum pernah memeluk mereka.
Jakarta, 24 Februari 2015.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H